KETUBAN PECAH DINI
Disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Obstetri Patologi
Oleh :
Lisnawati
Nisa Febrian R M
Raisha Susanti
Rosida
Yunia S Hayat
POLTEKES TNI AU
CIUMBULUEIT-BANDUNG
2011
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum
Wr.Wb
Puji
serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, bahwasannya kami telah
dapat menyelesaikan tugas Obstetri
Patologi
ini dengan judul ”Ketuban
Pecah Dini“ dengan baik walaupun tidak sedikit
hambatan dan kesulitan yang kami hadapi.
Walaupun
demikian, sudah tentu makalah
ini masih terdapat kekurangan dan belum dikatakan sempurna karena keterbatasan
kemampuan kami. Oleh
karena itu,
saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak kami harapkan agar dalam
pembuatan makalah di waktu yang akan datang bisa lebih baik lagi.
Harapan
kami semoga makalah ini berguna bagi siapa saja yang membacanya.
Wassalammu’alaikum
Wr.Wb
Bandung, 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................................... i
Daftar Isi ......................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………........ 1
1.1. Latar
Belakang ............................................................................................................. 1
1.2.
Rumusan
Masalah……………………………………………………………………. 1
1.3.
Tujuan……………………………………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................
2.1
Definisi…………………………………………………………………………………
2.2 Data
Subjektif………………………………………………………………………….
2.3 Data
Objektif…………………………………………………………………………...
2.4 Penilaian atau
Diagnosa………………………………………………………………..
2.5
Penatalaksanaan………………………………………………………………………..
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketuban pecah dini dapat secara teknis didefinisikan
sebagai pecahan ketuban sebelum pecahan awitan persalinan, tanpa memperhatikan
usia gestasi. Tidak ada keseragaman metode yang diterima untuk menegakkan
diagnosis pecah ketuban menyebabkan perbandingan penelitian sulit dilakukan
sehingga tidak ada definisi operasional standar.
Ketuban pecah dini dapat menimbulkan
kecemasan pada wanita dan keluarganya. Bidan harus membantu wanita mengeksplorasi
rasa takut yang menyertai perkiraan kelahiran janin premature serta resiko
tambahan korioamnionitis, rencan penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan
periode tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus di diskusikan
dengan wanita dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama mereka merupakan hal
yang penting untuk kelanjutan kehamilan.
1.2 Rumusan masalah
- Apa
definisi dari ketuban pecah dini ?
- Bagaimana
mendiagnosis bahwa itu adalah ketuban pecah dini ?
- Bagaimana
penatalaksanaan untuk mengatasi ketuban pecah dini ?
1.3 Tujuan
- Untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah obstetric patologi.
- Untuk
mengetahui apa itu ketuban pecah dini , bagaimana cara mengetahuinya dan
mendiagnosa nya , serta bagaimana cara penatalaksanaannya ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Ketuban
pecah dini
Ketuban pecah dini adalah bocornya
amnion sebelum mulainya persalinan, terjadi pada kira – kira 7 sampai 12 persen
kehamilan. Paling sering, ketuban pecah pada atau mendekati saat persalinan ;
persalinan terjadi secara spontan dalam beberapa jam. Bila ketuban pecah dini
dihubungkan dengan kehamilan preterm, ada risiko peningkatan morbiditas dan
mortalitas perinatal akibat imaturitas janin. Bila kelahiran tidak terjadi
dalam 24 jam, juga terjadi risiko peningkatan infeksi intrauterine. Ketuban
pecah dini sebelum usia cukup bulan bahasa inggris disebut PPROM (Preterm
Prematur Rubture of Membrane).
2.2
Data
Subjektif
Riwayat
:
a. Jumlah
cairan yang hilang : pecah ketuban awalnya menyebabkan semburan cairan yang
besar yang diikuti keluarnya cairan yang terus-menerus. Namun pada beberapa
kondisi pecah ketuban, satu-satunya gejala yang diperhatikan wanita adalah
keluarnya sedikit cairan yang terus menerus (jernih, keruh , kuning atau hijau)
dan perasaan basah pada celana dalamnya.
b. Ketidakmampuan
mengendalikan kebocoran dengan latihan Kegel : membedakan PROM dengan
inkontinensia uteri.
c. Waktu
terjadi pecah ketuban.
d. Warna
cairan : cairan amnion dapat jernih atau keruh, jika bercampur mekonium, cairan
akan berwarna kuning atau hijau.
e. Bau
cairan : cairan amnion memiliki bau apek yang khas, yang membedakan dari urine.
f. Hubungan
seksual terakhir : semen yang keluar dari vagina dapat disalahartikan sebagai
cairan amnion.
Pancaran Involunter atau kebocoran
cairan jernih dari vagina merupakan gejala yang khas. Tidak ada nyeri maupun
kontraksi uterus.
g.
Riwayat Haid : Umur kehamilan diperkirakan dari hari haid terakhir.
2.3 Data Objektif
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan
umum : Suhu normal kecuali disertai infeksi.
Pemeriksaan
Abdomen : Uterus lunak dan tidak nyeri tekan. Tinggi fundus harus diukur dan
dibandingkan dengan tinggi yang diharapkan menurut hari haid terakhir. Palpasi
abdomen memberikan perkiraan ukuran janin dan presentasi maupun cakapnya bagian
presentasi. Denyut jantung normal.
Pemeriksaan
Pelvis : Pemeriksaan speculum steril pertama kali dilakukan untuk memeriksa
adanya cairan amnion dalam vagina.
Pemeriksaan
speculum steril
a.
Inspeksi
keberadaan tanda-tanda cairan di genitalia eksternal.
b.
Lihat
serviks untuk mengetahui aliran cairan dari orifisium.
c.
Lihat
adanya genangan cairan amnion diforniks vagina.
d. Jika
Anda tidak melihat ada cairan, minta wanita mengejan (perasat Valsava). Secara
bergantian, beri tekanan pada fundus perlahan-lahan atau naikkan dengan
perlahan bagian presentasi pada abdomen untuk memungkinkan cairan melewati
bagian presentasi pada kasus kebocoran berat sehingga anda dapat mengamati
kebocoran cairan.
e.
Obervasi
cairan yang keluar untuk melihat lanugo atau verniks kaseosa jika usia
kehamilan lebih dari minggu ke-32.
f.
Visualisasi
serviks untuk menentukan dilatasi jika pemeriksaan dalam tidak akan dilakukan.
g.
Visualisasi
serviks untuk mendeteksi prolaps tali pusat atau ekstremitas janin.
2.3.1 Uji Laboratorium
a. Uji
pakis positif : pemakisan (ferning), juga disebut percabangan halus
(arborization), pada kaca objek (slide) mikroskop yang disebabkan keberadaan
natrium klorida dan protein dalam cairan amnion. (Selama pemeriksaan speculum
steril, gunakan lidi kapas steril untuk mengumpulkan specimen, baik cairan dari
forniks vagina posterior maupun cairan yang keluar dari orifisium karena lender
serviks juga sedikit berbeda. Apus specimen pada kaca objek dan biarkan
seluruhnya kering minimal selama 10 menit. Inspeksi kaca objek di bawah
mikrokop untuk memeriksa pola parkis.
b. Uji
kertas nitrazin positif : kertas berwarna mustard-emas yang sensitive terhadap
pH ini akan berubah warna menjadi biru gelap jika kontak dengan bahan bersifat
basa. Nilan pH vagina normal adalah < 4,5. Selama kehamilan, terjadi
peningkatan jumlah sekresi vagina akibat eksofoliasi epitalium dan bakteri,
sebagian lactobacillus, yang menyebabkan pH vagina lebih asam. Cairan amnion
memiliki pH 7,0-7,5.
Uji
pakis lebih dapat dipercaya daipada uji kertas niazin. Ini karena sejumlah
bahan selain cairan amnion memiliki pH yang lebih alkali, termasuk lender
serviks, infeksi trikomonas, darah , urine, semen ,dan bubuk sarung tangan.
c. Spesimen
untuk kultur Streptokokus Grup B. Jika wanita ditapis untuk GBS antara minggu
ke-35 dan ke-37 gestasi dan hasil kultur negative dalam 5 minggu sebelumnya
didokumentasika, set specimen lainnya untuk kultur tidak diperlukan dan
antibiotic profilaksis tidak d anjurkan.
2.4 Penilaian
atau Diagnosa
Semakin awal pemeriksaan dilakukan
semakin mudah mengdiagnosis pecah ketuban. Apabila pecah ketuban telah berlalu
lebih dari 6-12 jam, banyak observasi diagnostic yang menjadi tidak dapat dipercaya
karena kurangnya cairan. Observasi cairan yang keluar dari orifisium serviks
dapat menegakkan diagnosis pecah ketuban. Apabila tidak tampak secara langsung
ada airan yang keluar dari orifisium, riwayat dugaan kuat bahwa telah terjadi
pecah ketuban, pada uji pakis positif, dapat menegakkan pecah ketuban.
Diagnosis
Banding : Diagnosis banding harus mencakup kemungkinan inkontinensia urin.
Karena urin biasanya asam, perbandingan pH urin dan pH vagina membantu dalam
membedakan.
Faktor
Predisposisi : Mencakup korioamnionitis, inkopetensia serviks, kehamilan ganda,
hidramnion dan kelainan presentasi janin.
Komplikasi
Potensial : Komplikasi yang harus diantisipasi meliputi persalinan preterm,
prolaps tali pusat, infeksi intrauterine, dan kelainan presentasi janin.
2.5 Penatalaksanaan
Anjuran mengenai penatalaksanaan optimum
dari kehamilan dengan komplikasi ketuban pecah dini tergantung pada umur
kehamilan janin, tanda infeksi intrauterine, dan populasi pasien. Pada umumnya,
tampaknya lebih pantas untuk membawa semua pasien dengan ketuban pecah ke rumah
sakit dan melahirkan semua bayi yang berumur lebih dari 36 minggu, maupun semua
bayi dengan risiko lesitin – sfingomielin matur, dalam 24 jam dari pechnya
ketuban untuk memperkecil risiko infeksi intrauterine. Persalinan diinduksi
dengan oksitosin selama presentasi janin adalah kepala. Bila induksi gagal
dilakukan seksio sesaria. Seksio sesarea juga dianjurkan untuk presentasi
bokong, letak lintang, atau gawat janin kalau tidak janin terlalu imatur
sehinga tidak ada harapan untuk bertahan hidup.
Kebanyakan pasien tidak menyelesaikan
persiapan mereka melahirkan bila ketuban pecah beberapa minggu sebelum cukup
bulan. Dukungan emosi yang tepat sangat berguna. Bila janin preterm dan dipilih
tana tindakan, maka pasien dianjurkan untuk tidak melakukan pencucian vagina
ataupun senggama.( daftar pustaka : Taber,M.D.Ben-zion.1994.Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi.Buku
Kedokteran EGC : Jakarta.)
Apabila rencana penatalaksaan adalah
agar wanita melahirkan dalam 24 jam setelah pecah ketuban, waktu ekstra 12 jam
biasanya diberikan agar wanita dapat memasuki tahap persalinan spontan sebelum
induksi oksitosin dimulai. Selama 12 jam ini, digunakan metode lain untuk
menginduksi persalinan, seperti meminta wanita meminum inyak kastor (2ons), stimulasi putting susu,
memecahkan forewaters, atau semuanya. Hubungan seks dikontradiksikan karena
terdapat ketuban pecah dini. Jika serviks tidak matang, prainduksi pematangan
serviks dapat diindikasikan. Diskusikan situasi tersebut dengan dokter yang
menangani pasien.
Apapun pilihan penatalaksanaan yang
digunakan, penatalaksanaan perawatan persalinan yang digunakan sama seperti
yang lain, dengan tambahan sebagai berikut :
1. Kaji
suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali didahului kondisi
ibu yang mengigil.
2. Lakukan
pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum awitan persalinan adalah
tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal, pemantauan DJJ ketat
dengan alat pemantau janin elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi
oksitosin untuk melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau
induksi. Takikardia dapat mengindikasikan infeksi intrauteri.
3. Hindari
pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
4. Ketika
melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan, perhatikan hal-hal
berikut :
a. Apakah
dinding vagina terba lebih hangat dari biasa.
b. Bau
rabas atau cairan di sarung tangan anda
c. Warna
rabas atau cairan di sarung tangan anda.
5. Beri
perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh gambaran jelas
dari setiap infeksi yang timbuk. Sering kali terjadi peningkatan suhu tubuh
akibat dehidrasi.
Penatalaksanaan
untuk wanita dengan pecah ketuban dini pada kehamilan premature adalah menunggu
awitan persalinan spontan sambil mengobservasi tanda dan gejala
korioamnionitis.
BAB
III
KESIMPULAN
Ketuban pecah dini adalah bocornya
amnion sebelum mulainya persalinan, terjadi pada kira – kira 7 sampai 12 persen
kehamilan. Semakin awal pemeriksaan dilakukan semakin mudah mengdiagnosis pecah
ketuban. Anjuran mengenai penatalaksanaan optimum dari kehamilan dengan
komplikasi ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan janin, tanda
infeksi intrauterine, dan populasi pasien. Penatalaksanaan untuk wanita dengan
pecah ketuban dini pada kehamilan premature adalah menunggu awitan persalinan
spontan sambil mengobservasi tanda dan gejala korioamnionitis.
No comments:
Post a Comment
Teriakasih sudah memberikan komentar yang baik di blog ini.
Jangan lupa berkunjung kembali dan tinggalkan komentarnya lagi ya !!!!