perlengkapan dapur

Saturday, December 15, 2012

Makalah Pragmatik dan Pembelajaran Bahasa


BAB I
PENDAHULUAN

Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah diarahkan untuk meningkatkan keampuan siswa dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa sebagai sarana komunikasi digunakan dalam bermacam-macam fungsi dan disajikan dalam konteks yang bermakna, tidak dalam bentuk kalimat-kalimat lepas.
Berdasar pada hal tersebut, perlulah kita mengkaji atau menelaah suatu pendekatan dalam pendidikan (lebih sempit lagi dalam pembelajaran) yang mengakomodasi kondisi atau tujuan tersebut. Orientasi belajar-mengajar bahasa berdasarkan tugas dan fungsi berkomunikasi disebut pendekatan komunikatif (Nababan, 1987 : 71). Di dunia pengajaran bahasa istilah pragmatik yang identik dan digunakan silih berganti dengan istilah komunikatif digunakan untuk menyebut (1) kompetensi yang menjadi tujuan pengajaran, (2) fungsi yang menjadi bahan pengajaran dan (3) faktor-faktor yang mewatasi kompetensi dan fungsi yang diajarkan (Yohanes, 2006). Dari pendapat itu jelaslah bahwa pendekatan komunikatif (pragmatik) merupakan suatu alternatif solusi menghadapi kebutuhan atau tuntutan tersebut. Pendekatan komunikatif (pragmatik) berdasar pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Jadi pembelajaran bahasa akan tepat ketika didekati dengan cara-cara yang komunikatif.
Dengan berorientasi pada suatu kemampuan komunikasi, pembelajaran bahasa juga dapat didekati melalui salah satu bidang kajian bahasa yaitu pragmatik. Pengajaran bahasa dengan pendekatan pragmatik lazim disebut dengan fungsi komunikatif dengan sejumlah fungsinya. Pragmatik merupakan suatu kajian bahasa dengan melibatkan berbagai aspek di luar bahasa yang mampu memberi makna.
Kemampuan untuk mengkaji hal-hal di luar bahasa pastilah akan sangat membantu peserta didik (siswa) dalam mengaplikasikan kompetensi berbahasa yang dimilikinya secara praktis dalam kondisi senyatanya. Dengan pendekatan pragmatik, dalam pembelajaran bahasa, diharapkan siswa akan lebih dapat mengaktualisasikan kemampuan berbahasa yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Selain itu tuntutan dari kurikulum yang terbaru juga mengarah pada suatu kompetensi pada diri siswa.
Berangkat dari hal-hal tersebut di atas, dalam makalah ini akan dipaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan pragmatik dan pengajaran bahasa. Pada bagian yang pertama akan dikupas sekilas tentang pragmatik dalam pengajaran bahasa. Bagian berikutnya akan dipaparkan mengenai kurikulum dalam kaitannya dengan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran bahasa. Selanjutnya akan dipaparkan beberapa contoh pembelajaran bahasa dengan pendekatan pragmatik. Dan di bagian terakhir adalah penutup.









BAB II
KURIKULUM, PRAGMATIK, DAN APLIKASINYA

A.           Pragmatik dalam Pengajaran Bahasa
Sebelum mengkaji lebih jauh, akan dipaparkan suatu pengertian dari pragmatik yang dikutip dari salah satu ahli bahasa. Levinson berpendapat bahwa pragmatik ialah kajian dari hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa (Nababan, 1987 : 3). Dari pendapat tersebut terlihat bahwa pragmatik merupakan salah satu bidang kajian bahasa yang melibatkan unsur-unsur di luar bahasa (konteks) di dalam pengkajiannya.
Dalam pragmatik, pengkajian bahasa didasarkan pada penggunaan bahasa bukan pada struktural semata. Konteks-konteks yang melingkupi suatu bahasa akan mendapat perhatian yang besar dalam kaitannya dengan makna yang muncul dari suatu penggunaan bahasa. Kondisi praktis tindak komunikasi menjadi pijakan utama dalam pengkajian pragmatik. Dalam hal ini, wacana-wacana yang berkaitan dengan proses komunikasi akan dikaji.
Menurut Maidar Arsyad, pragmatik membaca pengkajian bahasa lebih jauh ke dalam keterampilan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi praktis dalam segala situasi yang mendasari interaksi kebahasaan antara manusia sebagai anggota masyarakat (1997 : 3.17). Dari pendapat tersebut terlihat jelas bahwa orientasi pengkajian pragmatik adalah pada suatu komunikasi praktis, di mana pada tataran praktis, muncul berbagai faktor diluar bahasa yang turut memberi makna dalam proses komunikasi tersebut. Adapun Nababan mengemukakan beberapa faktor penentu dalam berkomunikasi:
siapa yang berbahasa dengan siapa; untuk tujuan apa; dalam situasi apa (tempat dan waktu); dalam konteks apa (peserta lain, kebudayaan dan suasana); dengan jalur apa (lisan atau tulisan); media apa (tatap muka, telepon, surat, dan sebagainya); dalam peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah, upacara, laporan, dan sebagainya) (1987 : 70)
Dari pendapat tersebut didapat beberapa faktor yang mungkin sekali mempengaruhi proses tindak komunikasi yaitu pelaku, tujuan, situasi, konteks, jalur, media, dan peristiwa. Senada dengan Nababan, Suyono juga mengemukakan tiga konsep dasar dalam komunikasi. Suyono mengemukakan tiga konsep dasar dalam penggunaan bahasa (studi pragmatik) yaitu tindak komunikatif, peristiwa komunikatif dan situasi komunikatif (1990 : 18). Melihat dua pendapat tersebut sebenarnya tidak jauh berbeda, hanya saja Suyono lebih meringkas lagi faktor-faktor penentu tersebut dalam tiga konsep dasar.
Dengan berpijak pada beberapa hal di atas, jelaslah bahwa pragmatik akan sangat membantu dalam pengajaran bahasa (khususnya di sekolah). Pengajaran bahasa yang berorientasi pada kajian bahasa secara “struktural” jelas akan menimbulkan banyak kendala ketika tidak dikaitkan dengan penggunaan bahasa secara praktis di lapangan. Dalam kegiatan berbahasa seseorang dituntut untuk mencapai kualitas yang bersifat pragmatis. … Dengan bentuknya yang pragmatis diharapkan siswa dapat menggunakan bahasa sasaran sesuai konteks yang melatari kegiatan bahasa nyata (Nurhadi, 1995 : 146). Dari pendapat tersebut komunikasi yang terjadi diorientasikan pada pencapaian kualitas yang bersifat pragmatis, sehingga pengguna (dalam hal ini siswa) dapat menggunakan bahasa sesuai dengan konteksnya.
Pembelajaran bahasa sudah semestinya mampu mengakomodasi kebutuhan berbahasa secara praktis sesuai dengan kondisi yang nyata. Dengan pola yang berdasar pada kajian pragmatik, proses pembelajaran bahasa yang diterima oleh siswa secara otomatis akan mengacu pada suatu kondisi praktis tindak komunikasi. Orientasi pembelajaran yang seperti ini juga akan menuntut penyesuaian pada berbagai aspek pembelajaran, dari kurikulum sampai tataran praktis pembelajaran. Seperti dikemukakan oleh Maidar Arsyad bahwa dalam pengajaran berbahasa, pembuat kurikulum, atau program pembelajaran harus memikirkan bahan tentang berbagai ragam bahasa dan melatihkannya sesuai dengan situasi dan konteks pemakaiannya (1997 : 3.17). Ada tiga hal penting dari pendapat tersebut yaitu program belajar, ragam bahasa, dan pelatihan sesuai situasi dan konteks.
Tiga hal tersebut memang sangat penting ketika suatu pembelajaran bahasa sudah berorientasi pada penggunaan bahasa pada tataran praktis. Dari program, materi (bahan), ragam bahasa, dan menciptakan suatu situasi dan konteks yang sesuai jelas tidak dapat dihindarkan ketika target akhir dari pembelajaran bahasa adalah “siswa mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis” (BSNP, 2006).
Ada juga pendapat lain yang lebih jauh merambah aspek lain di luar bahasa. Eny (2004), berpendapat:
Pengajaran bahasa Indonesia seharusnya berdasarkan pada dimensi kultural karena dalam pembelajaran itu diungkapkan gagasan mengenai masalah yang berkaitan dengan ilmu, teknologi dan atau budaya yang sedang dipelajarinya. Pengajaran itu difokuskan pada kemahiran menggunakan bahasa yang benar, jelas, efektif, dan sesuai dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.
Dari pendapat tersebut, Eny mencoba melibatkan dimensi kultural karena berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan yang lain. Memang suatu bahasa pada akhirnya akan bersinggungan dengan berbagai aspek yang lain ketika manusia dalam menuangkan gagasan apapun akan menggunakan suatu bahasa. Jadi akan sangat berterima jika suatu pembelajaran bahasa harus berdasar pada kondisi praktis.
Berangkat dari berbagai paparan di atas, dapat kita tarik suatu simpulan bahwa pembelajaran bahasa yang diorientasikan pada tataran praktis tindak komunikasi akan sangat diperlukan bagi peserta didik. Dalam hal ini, pendekatan komunikatif (lebih spesifik pragmatik) sangat membantu dalam mengarahkan proses pembelajaran bahasa yang dilakukan, terutama pada tataran pendidikan formal atau sekolah.

B.            Kajian Kurikulum Kaitannya dengan Pendekatan Pragmatik
Di Indonesia akhir-akhir ini terjadi perubahan kurikulum, dan sampai sekarang ini yang sedang diberlakukan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau yang lebih kita kenal dengan sebutan KTSP. KTSP ini merupakan aplikasi lebih lanjut dari kurikulum sebelumnya yaitu KBK. Pada dasarnya, dua model kurikulum ini sama yaitu berorientasi pada suatu capaian kompetensi.
Pembelajaran bahasa Indonesia di dalam kurikulum ini di arahkan pada suatu kompetensi berbahasa baik secara lisan maupun tulis. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (BSNP, 2006). Dari uraian tersebut jelas ditunjukan bahwa kemampuan peserta didik berkomunikasi dalam bahasa Indonesia menjadi tujuan pokok dari pembelajaran bahasa Indonesia (khususnya di sekolah). Pendidikan tingkat bawah sampai tingkat atas, pembelajaran bahasanya sudah diarahkan pada kemampuan berkomunikasi secara praktis.
Untuk mencapai suatu kemampuan berkomunikasi secara “baik”, tidaklah mungkin dapat tercapai hanya dengan mempelajari bahasa secara struktural saja. Hal tersebut dikarenakan adanya banyak faktor di luar bahasa yang mempengaruhi proses berkomunikasi. Dalam hal ini, pendekatan pragmatik cukup membantu dalam pembelajaran bahasa yang berorientasi pada tindak komunikasi secara praktis.
Dalam kurikulum yang terbaru ini, dalam pembentukan arahan-arahannya juga sudah banyak melibatkan kajian pragmatik di dalamnya. Berbagai tuntutan kompetensi yang dihadirkan juga sudah didasarkan pada tindak komunikasi (pragmatik). Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan dalam pembelajaran, sudah dirancang sedemikian rupa untuk mengakomodasi tuntutan “siswa mampu berkomunikasi secara efektif efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulisan”. Dari aspek mendengarkan (menyimak), membaca, berbicara, dan menulis sudah didasarkan pada kebutuhan komunikasi praktis. Dalam pembelajaran empat aspek tersebut, selalu akan diarahkan sampai pada kemampuan untuk menangkap wacana yang terdapat di luar aspek kebahasaan secara struktural. Dengan pemahaman yang baik terhadap hal-hal di luar bahasa, siswa diharapkan mampu memaknai suatu bahasa dengan lebih baik, dan lebih jauhnya lagi siswa diharapkan mampu berkomunikasi dengan lebih baik pula.
Perencanaan yang seperti itu jelas harus didukung oleh seluruh elemen pendidikan. Ketika pada tataran konsep sudah baik, tetapi pada tataran praktis tidak dilakukan sesuai arahan, maka hasil yang dicapaipun tidak akan maksimal. Dengan kurikulum yang terbaru ini jelas guru sebagai salah satu elemen penting mempunyai keleluasaan dalam merancang proses pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, karena kita tahu bahwa setiap daerah akan mempunyai fenomena yang berbeda khususnya mengenai penggunaan bahasa. Namun yang perlu dijadikan pegangan oleh para guru yaitu adanya standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai. Selebihnya menjadi kebijakan pendidik dalam mengakomodasi kebutuhan komunikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan.

C.           Contoh Pembelajaran dengan Berdasar pada Pendekatan Pragmatik
Pada bagian ini akan dipaparkan sedikit contoh yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa indonesia yang didasarkan pada kemampuan pragmatik. Dalam hal ini kami akan mengacu pada suatu standar kompetensi dan kompetansi dasar yang menjadi acuan dalam proses pembelajaran di kelas. Sampel yang kami ambil adalah pembelajaran pada tingkat SMA, kelas X semester 1. Aspeknya adalah berbicara dengan standar kompetensinya yaitu “mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan berkenalan, diskusi, dan bercerita”, dan kompetensi dasarnya adalah “memperkenalkan diri dan orang lain di dalam forum resmi dengan intonasi yang tepat”.
Dalam rancana pembelajaran (terlampir), siswa diarahkan untuk dapat memperkenalkan diri dan orang lain dalam suatu forum yang resmi. Dalam hal ini guru memberi arahan materi sebelum siswa memprektekan kompetensi tersebut. Dalam arahannya guru menyampaikan materi bahwa dalam memperkenalkan diri maupun orang lain haruslah kita memahami situasi yang ada dalam forum itu. Dari materi ini jelaslah bahwa unsur-unsur di luar bahasa mulai diperhatikan, dengan kata lain kemampuan pragmatik mulai diperkenalkan pada siswa. Lebih lanjut guru menerangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berbicara (memperkenalkan diri) di dalam forum resmi, seperti dalam forum itu dihadiri siapa saja (siswa berhadapan dengan siapa), orang yang diperkenalkan itu siapa, status atau kedudukannya dalam forum menjadi apa, situasi yang dihadapi seperti apa, tujuannya apa, dan berbagai hal yang lain yang perlu diperhatikan (mengacu pada kajian pragmatik).
Selanjutnya guru mencoba menciptakan suatu situasi atau kondisi pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa mendapat kesempatan untuk menunjukan kompetensi yang dimilikinya dalam suatu situasi yang diciptakan tersebut. Dengan memberikan peran-peran tertentu pada beberapa orang, siswa dihadapkan pada suatu situasi seperti yang diharapkan untuk belajar menghadapi situasi tertentu.
Dari pembelajaran yang dilakukan akan dapat terlihat, bagaimana komunikasi yang terjadi. Apakah siswa sudah mampu berkomunikasi dengan tepat pada suatu situasi yang diciptakan tersebut. Ketercapaian tersebut dapat dilihat dari bagaimana sikap yang ditunjukan, bagaimana pilihan kata yang digunakan, tujuan berkomunikasinya tercapai atau tidak, dan sebagainya.
Dengan proses pembelajaran yang seperti itu diharapkan, siswa paling tidak mendapatkan pengalaman belajar. Lebih jauh lagi siswa mengetahui berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam proses berkomunikasi secara praktis. Pada akhirnya siswa akan mendapat bekal untuk berkomunikasi dalam masyarakat, paling tidak yang berhubungan dengan materi yang diajarkan.




BAB III
PENUTUP

Pembahasan pada bagian sebelumnya membawa kita pada suatu pemahaman tentang pentingnya pendekatan pragmatik dalam pembelajaran bahasa khususnya bahasa Indonesia. Ketercapaian suatu kompetensi berbahasa yang tepat tidaklah hanya dengan mempelajari bahasa secara struktural, tetapi juga harus didukung oleh suatu pembelajaran tentang aspek-aspek yang ada di luar bahasa yang seringkali berpengaruh dalam proses komunikasi. Dengan pendekatan pragmatik pula, siswa akan lebih didekatkan dengan kondisi praktis berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis. Selain itu, mengingat bahwa Indonesia memiliki banyak sekali budaya termasuk di dalamnya bahasa, dengan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran bahasa, sedikit banyak kendala yang muncul akan terakomodir. Terlebih lagi didukung dengan suatu kurikulum yang sebagian besar kebijakannya diserahkan pada masing-masing tingkat satuan pendidikan, pembelajaran (khususnya bahasa) yang muncul akan lebih mampu mengakomodasi kebutuhan siswa.
Dalam makalah ini hanyalah mengungkapkan sebagian kecil dari kajian pragmatik dan aplikasinya dalam pembelajaran bahasa. Masih banyak hal lain yang perlu dikaji lebih lanjut untuk lebih memperdalam kajian tentang hal ini (pragmatik). Demikian makalah yang dapat kami susun, masukan, kritik atau apapun mengenai makalah ini sangat kami harapkan untuk kami jadikan pegangan menuju capaian yang lebih baik.



DAFTAR PUSTAKA


BSNP. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar : Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMA/SMK. Jakarta : Depdiknas.
Chaniago, Sam Mukhtar; Mukti U.S., Maidar Arsyad. 1997. Pragmatik. Jakarta : Universitas Terbuka.
Eny, Yayuk. 2004. http://lib.balaibahasa.org/viewdetail.php?id=1163 diakses pada 16 April 2008.
Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan : Landasan dalam Penyusunan Buku Pelajaran Bahasa. Semarang : IKIP Semarang Press.
Nababan, P.W.J.. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta : Depdiknas.
Suyono. 1990. Pragmatik : Dasar-dasar dan Pengajarannya. Malang : YA3 Malang.
Yohanes, Budinuryanta. 2006. http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1127106-110028/ diakses pada 16 April 2008.



Ditulis oleh : Rudi Adi  Nugroho
Sumber : Google

No comments:

Post a Comment

Teriakasih sudah memberikan komentar yang baik di blog ini.
Jangan lupa berkunjung kembali dan tinggalkan komentarnya lagi ya !!!!