BAB
I
PENDAHULUAN
Pada
hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah diarahkan untuk meningkatkan keampuan
siswa dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa sebagai
sarana komunikasi digunakan dalam bermacam-macam fungsi dan disajikan dalam
konteks yang bermakna, tidak dalam bentuk kalimat-kalimat lepas.
Berdasar
pada hal tersebut, perlulah kita mengkaji atau menelaah suatu pendekatan dalam
pendidikan (lebih sempit lagi dalam pembelajaran) yang mengakomodasi kondisi
atau tujuan tersebut. Orientasi belajar-mengajar bahasa berdasarkan tugas dan
fungsi berkomunikasi disebut pendekatan komunikatif (Nababan, 1987 : 71). Di
dunia pengajaran bahasa istilah pragmatik yang identik dan digunakan silih
berganti dengan istilah komunikatif digunakan untuk menyebut (1) kompetensi
yang menjadi tujuan pengajaran, (2) fungsi yang menjadi bahan pengajaran dan
(3) faktor-faktor yang mewatasi kompetensi dan fungsi yang diajarkan (Yohanes,
2006). Dari pendapat itu jelaslah bahwa pendekatan komunikatif (pragmatik)
merupakan suatu alternatif solusi menghadapi kebutuhan atau tuntutan tersebut.
Pendekatan komunikatif (pragmatik) berdasar pada fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi. Jadi pembelajaran bahasa akan tepat ketika didekati dengan
cara-cara yang komunikatif.
Dengan berorientasi
pada suatu kemampuan komunikasi, pembelajaran bahasa juga dapat didekati
melalui salah satu bidang kajian bahasa yaitu pragmatik. Pengajaran bahasa
dengan pendekatan pragmatik lazim disebut dengan fungsi komunikatif dengan
sejumlah fungsinya. Pragmatik merupakan suatu kajian bahasa dengan melibatkan
berbagai aspek di luar bahasa yang mampu memberi makna.
Kemampuan
untuk mengkaji hal-hal di luar bahasa pastilah akan sangat membantu peserta
didik (siswa) dalam mengaplikasikan kompetensi berbahasa yang dimilikinya
secara praktis dalam kondisi senyatanya. Dengan pendekatan pragmatik, dalam
pembelajaran bahasa, diharapkan siswa akan lebih dapat mengaktualisasikan
kemampuan berbahasa yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat.
Selain itu tuntutan dari kurikulum yang terbaru juga mengarah pada suatu
kompetensi pada diri siswa.
Berangkat dari hal-hal
tersebut di atas, dalam makalah ini akan dipaparkan beberapa hal yang berkaitan
dengan pragmatik dan pengajaran bahasa. Pada bagian yang pertama akan dikupas
sekilas tentang pragmatik dalam pengajaran bahasa. Bagian berikutnya akan
dipaparkan mengenai kurikulum dalam kaitannya dengan pendekatan pragmatik dalam
pembelajaran bahasa. Selanjutnya akan dipaparkan beberapa contoh pembelajaran
bahasa dengan pendekatan pragmatik. Dan di bagian terakhir adalah penutup.
BAB
II
KURIKULUM,
PRAGMATIK, DAN APLIKASINYA
A.
Pragmatik dalam Pengajaran Bahasa
Sebelum mengkaji lebih jauh, akan dipaparkan suatu pengertian
dari pragmatik yang dikutip dari salah satu ahli bahasa. Levinson berpendapat
bahwa pragmatik ialah kajian dari hubungan antara bahasa dan konteks yang
mendasari penjelasan pengertian bahasa (Nababan, 1987 : 3). Dari pendapat
tersebut terlihat bahwa pragmatik merupakan salah satu bidang kajian bahasa
yang melibatkan unsur-unsur di luar bahasa (konteks) di dalam pengkajiannya.
Dalam pragmatik, pengkajian bahasa didasarkan pada penggunaan
bahasa bukan pada struktural semata. Konteks-konteks yang melingkupi suatu
bahasa akan mendapat perhatian yang besar dalam kaitannya dengan makna yang
muncul dari suatu penggunaan bahasa. Kondisi praktis tindak komunikasi menjadi
pijakan utama dalam pengkajian pragmatik. Dalam hal ini, wacana-wacana yang
berkaitan dengan proses komunikasi akan dikaji.
Menurut Maidar Arsyad, pragmatik membaca pengkajian bahasa
lebih jauh ke dalam keterampilan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi praktis
dalam segala situasi yang mendasari interaksi kebahasaan antara manusia sebagai
anggota masyarakat (1997 : 3.17). Dari pendapat tersebut terlihat jelas bahwa
orientasi pengkajian pragmatik adalah pada suatu komunikasi praktis, di mana
pada tataran praktis, muncul berbagai faktor diluar bahasa yang turut memberi
makna dalam proses komunikasi tersebut. Adapun Nababan mengemukakan beberapa
faktor penentu dalam berkomunikasi:
siapa yang berbahasa dengan siapa;
untuk tujuan apa; dalam situasi apa (tempat dan waktu); dalam konteks
apa (peserta lain, kebudayaan dan suasana); dengan jalur apa (lisan
atau tulisan); media apa (tatap muka, telepon, surat, dan sebagainya);
dalam peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah, upacara, laporan, dan
sebagainya) (1987 : 70)
Dari pendapat tersebut didapat beberapa faktor yang mungkin
sekali mempengaruhi proses tindak komunikasi yaitu pelaku, tujuan, situasi,
konteks, jalur, media, dan peristiwa. Senada dengan Nababan, Suyono juga
mengemukakan tiga konsep dasar dalam komunikasi. Suyono mengemukakan tiga
konsep dasar dalam penggunaan bahasa (studi pragmatik) yaitu tindak
komunikatif, peristiwa komunikatif dan situasi komunikatif (1990 : 18). Melihat
dua pendapat tersebut sebenarnya tidak jauh berbeda, hanya saja Suyono lebih
meringkas lagi faktor-faktor penentu tersebut dalam tiga konsep dasar.
Dengan berpijak pada beberapa hal di atas, jelaslah bahwa
pragmatik akan sangat membantu dalam pengajaran bahasa (khususnya di sekolah).
Pengajaran bahasa yang berorientasi pada kajian bahasa secara “struktural”
jelas akan menimbulkan banyak kendala ketika tidak dikaitkan dengan penggunaan
bahasa secara praktis di lapangan. Dalam kegiatan berbahasa seseorang dituntut
untuk mencapai kualitas yang bersifat pragmatis. … Dengan bentuknya yang
pragmatis diharapkan siswa dapat menggunakan bahasa sasaran sesuai konteks yang
melatari kegiatan bahasa nyata (Nurhadi, 1995 : 146). Dari pendapat tersebut
komunikasi yang terjadi diorientasikan pada pencapaian kualitas yang bersifat
pragmatis, sehingga pengguna (dalam hal ini siswa) dapat menggunakan bahasa
sesuai dengan konteksnya.
Pembelajaran bahasa sudah semestinya mampu mengakomodasi
kebutuhan berbahasa secara praktis sesuai dengan kondisi yang nyata. Dengan
pola yang berdasar pada kajian pragmatik, proses pembelajaran bahasa yang
diterima oleh siswa secara otomatis akan mengacu pada suatu kondisi praktis
tindak komunikasi. Orientasi pembelajaran yang seperti ini juga akan menuntut
penyesuaian pada berbagai aspek pembelajaran, dari kurikulum sampai tataran
praktis pembelajaran. Seperti dikemukakan oleh Maidar Arsyad bahwa dalam
pengajaran berbahasa, pembuat kurikulum, atau program pembelajaran harus
memikirkan bahan tentang berbagai ragam bahasa dan melatihkannya sesuai dengan
situasi dan konteks pemakaiannya (1997 : 3.17). Ada tiga hal penting dari
pendapat tersebut yaitu program belajar, ragam bahasa, dan pelatihan sesuai
situasi dan konteks.
Tiga hal tersebut memang sangat penting ketika suatu
pembelajaran bahasa sudah berorientasi pada penggunaan bahasa pada tataran
praktis. Dari program, materi (bahan), ragam bahasa, dan menciptakan suatu
situasi dan konteks yang sesuai jelas tidak dapat dihindarkan ketika target
akhir dari pembelajaran bahasa adalah “siswa mampu berkomunikasi secara efektif
dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis”
(BSNP, 2006).
Ada juga pendapat lain yang lebih jauh merambah aspek lain di
luar bahasa. Eny (2004), berpendapat:
Pengajaran bahasa Indonesia seharusnya berdasarkan pada
dimensi kultural karena dalam pembelajaran itu diungkapkan gagasan mengenai
masalah yang berkaitan dengan ilmu, teknologi dan atau budaya yang sedang
dipelajarinya. Pengajaran itu difokuskan pada kemahiran menggunakan bahasa yang
benar, jelas, efektif, dan sesuai dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.
Dari pendapat tersebut, Eny mencoba melibatkan dimensi
kultural karena berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan yang lain. Memang suatu
bahasa pada akhirnya akan bersinggungan dengan berbagai aspek yang lain ketika
manusia dalam menuangkan gagasan apapun akan menggunakan suatu bahasa. Jadi
akan sangat berterima jika suatu pembelajaran bahasa harus berdasar pada
kondisi praktis.
Berangkat dari berbagai paparan di atas, dapat kita
tarik suatu simpulan bahwa pembelajaran bahasa yang diorientasikan pada tataran
praktis tindak komunikasi akan sangat diperlukan bagi peserta didik. Dalam hal
ini, pendekatan komunikatif (lebih spesifik pragmatik) sangat membantu dalam
mengarahkan proses pembelajaran bahasa yang dilakukan, terutama pada tataran
pendidikan formal atau sekolah.
B.
Kajian Kurikulum Kaitannya dengan
Pendekatan Pragmatik
Di Indonesia akhir-akhir ini terjadi perubahan kurikulum, dan
sampai sekarang ini yang sedang diberlakukan adalah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan atau yang lebih kita kenal dengan sebutan KTSP. KTSP ini merupakan
aplikasi lebih lanjut dari kurikulum sebelumnya yaitu KBK. Pada dasarnya, dua
model kurikulum ini sama yaitu berorientasi pada suatu capaian kompetensi.
Pembelajaran bahasa Indonesia di dalam kurikulum ini di
arahkan pada suatu kompetensi berbahasa baik secara lisan maupun tulis.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik
secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya
kesastraan manusia Indonesia (BSNP, 2006). Dari uraian tersebut jelas
ditunjukan bahwa kemampuan peserta didik berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
menjadi tujuan pokok dari pembelajaran bahasa Indonesia (khususnya di sekolah).
Pendidikan tingkat bawah sampai tingkat atas, pembelajaran bahasanya sudah
diarahkan pada kemampuan berkomunikasi secara praktis.
Untuk mencapai suatu kemampuan berkomunikasi secara “baik”,
tidaklah mungkin dapat tercapai hanya dengan mempelajari bahasa secara
struktural saja. Hal tersebut dikarenakan adanya banyak faktor di luar bahasa
yang mempengaruhi proses berkomunikasi. Dalam hal ini, pendekatan pragmatik
cukup membantu dalam pembelajaran bahasa yang berorientasi pada tindak
komunikasi secara praktis.
Dalam kurikulum yang terbaru ini, dalam pembentukan
arahan-arahannya juga sudah banyak melibatkan kajian pragmatik di dalamnya.
Berbagai tuntutan kompetensi yang dihadirkan juga sudah didasarkan pada tindak
komunikasi (pragmatik). Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi
acuan dalam pembelajaran, sudah dirancang sedemikian rupa untuk mengakomodasi
tuntutan “siswa mampu berkomunikasi secara efektif efisien sesuai dengan etika
yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulisan”. Dari aspek
mendengarkan (menyimak), membaca, berbicara, dan menulis sudah didasarkan pada
kebutuhan komunikasi praktis. Dalam pembelajaran empat aspek tersebut, selalu
akan diarahkan sampai pada kemampuan untuk menangkap wacana yang terdapat di
luar aspek kebahasaan secara struktural. Dengan pemahaman yang baik terhadap
hal-hal di luar bahasa, siswa diharapkan mampu memaknai suatu bahasa dengan
lebih baik, dan lebih jauhnya lagi siswa diharapkan mampu berkomunikasi dengan
lebih baik pula.
Perencanaan yang seperti itu jelas harus didukung oleh
seluruh elemen pendidikan. Ketika pada tataran konsep sudah baik, tetapi pada
tataran praktis tidak dilakukan sesuai arahan, maka hasil yang dicapaipun tidak
akan maksimal. Dengan kurikulum yang terbaru ini jelas guru sebagai salah satu
elemen penting mempunyai keleluasaan dalam merancang proses pembelajaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, karena kita tahu bahwa setiap
daerah akan mempunyai fenomena yang berbeda khususnya mengenai penggunaan
bahasa. Namun yang perlu dijadikan pegangan oleh para guru yaitu adanya standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai. Selebihnya menjadi
kebijakan pendidik dalam mengakomodasi kebutuhan komunikasi yang disesuaikan
dengan kebutuhan.
C.
Contoh Pembelajaran dengan Berdasar pada
Pendekatan Pragmatik
Pada bagian ini akan dipaparkan sedikit contoh yang
berkaitan dengan pembelajaran bahasa indonesia yang didasarkan pada kemampuan
pragmatik. Dalam hal ini kami akan mengacu pada suatu standar kompetensi dan
kompetansi dasar yang menjadi acuan dalam proses pembelajaran di kelas. Sampel
yang kami ambil adalah pembelajaran pada tingkat SMA, kelas X semester 1.
Aspeknya adalah berbicara dengan standar kompetensinya yaitu “mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan berkenalan, diskusi, dan
bercerita”, dan kompetensi dasarnya adalah “memperkenalkan diri dan orang lain
di dalam forum resmi dengan intonasi yang tepat”.
Dalam
rancana pembelajaran (terlampir), siswa diarahkan untuk dapat memperkenalkan
diri dan orang lain dalam suatu forum yang resmi. Dalam hal ini guru memberi
arahan materi sebelum siswa memprektekan kompetensi tersebut. Dalam arahannya
guru menyampaikan materi bahwa dalam memperkenalkan diri maupun orang lain
haruslah kita memahami situasi yang ada dalam forum itu. Dari materi ini
jelaslah bahwa unsur-unsur di luar bahasa mulai diperhatikan, dengan kata lain
kemampuan pragmatik mulai diperkenalkan pada siswa. Lebih lanjut guru
menerangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berbicara (memperkenalkan
diri) di dalam forum resmi, seperti dalam forum itu dihadiri siapa saja (siswa
berhadapan dengan siapa), orang yang diperkenalkan itu siapa, status atau kedudukannya
dalam forum menjadi apa, situasi yang dihadapi seperti apa, tujuannya apa, dan
berbagai hal yang lain yang perlu diperhatikan (mengacu pada kajian pragmatik).
Selanjutnya
guru mencoba menciptakan suatu situasi atau kondisi pembelajaran sedemikian
rupa sehingga siswa mendapat kesempatan untuk menunjukan kompetensi yang
dimilikinya dalam suatu situasi yang diciptakan tersebut. Dengan memberikan
peran-peran tertentu pada beberapa orang, siswa dihadapkan pada suatu situasi
seperti yang diharapkan untuk belajar menghadapi situasi tertentu.
Dari
pembelajaran yang dilakukan akan dapat terlihat, bagaimana komunikasi yang
terjadi. Apakah siswa sudah mampu berkomunikasi dengan tepat pada suatu situasi
yang diciptakan tersebut. Ketercapaian tersebut dapat dilihat dari bagaimana
sikap yang ditunjukan, bagaimana pilihan kata yang digunakan, tujuan
berkomunikasinya tercapai atau tidak, dan sebagainya.
Dengan proses pembelajaran yang seperti itu
diharapkan, siswa paling tidak mendapatkan pengalaman belajar. Lebih jauh lagi
siswa mengetahui berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam proses
berkomunikasi secara praktis. Pada akhirnya siswa akan mendapat bekal untuk
berkomunikasi dalam masyarakat, paling tidak yang berhubungan dengan materi
yang diajarkan.
BAB
III
PENUTUP
Pembahasan
pada bagian sebelumnya membawa kita pada suatu pemahaman tentang pentingnya
pendekatan pragmatik dalam pembelajaran bahasa khususnya bahasa Indonesia.
Ketercapaian suatu kompetensi berbahasa yang tepat tidaklah hanya dengan
mempelajari bahasa secara struktural, tetapi juga harus didukung oleh suatu
pembelajaran tentang aspek-aspek yang ada di luar bahasa yang seringkali
berpengaruh dalam proses komunikasi. Dengan pendekatan pragmatik pula, siswa
akan lebih didekatkan dengan kondisi praktis berkomunikasi baik secara lisan
maupun tulis. Selain itu, mengingat bahwa Indonesia memiliki banyak sekali
budaya termasuk di dalamnya bahasa, dengan pendekatan pragmatik dalam
pembelajaran bahasa, sedikit banyak kendala yang muncul akan terakomodir.
Terlebih lagi didukung dengan suatu kurikulum yang sebagian besar kebijakannya
diserahkan pada masing-masing tingkat satuan pendidikan, pembelajaran
(khususnya bahasa) yang muncul akan lebih mampu mengakomodasi kebutuhan siswa.
Dalam makalah ini
hanyalah mengungkapkan sebagian kecil dari kajian pragmatik dan aplikasinya
dalam pembelajaran bahasa. Masih banyak hal lain yang perlu dikaji lebih lanjut
untuk lebih memperdalam kajian tentang hal ini (pragmatik). Demikian makalah
yang dapat kami susun, masukan, kritik atau apapun mengenai makalah ini sangat
kami harapkan untuk kami jadikan pegangan menuju capaian yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. 2006. Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar : Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk
SMA/SMK. Jakarta : Depdiknas.
Chaniago, Sam Mukhtar;
Mukti U.S., Maidar Arsyad. 1997. Pragmatik. Jakarta : Universitas Terbuka.
Eny, Yayuk. 2004.
http://lib.balaibahasa.org/viewdetail.php?id=1163 diakses pada 16 April 2008.
Nurhadi. 1995. Tata
Bahasa Pendidikan : Landasan dalam Penyusunan Buku Pelajaran Bahasa. Semarang :
IKIP Semarang Press.
Nababan, P.W.J.. 1987.
Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta : Depdiknas.
Suyono. 1990. Pragmatik
: Dasar-dasar dan Pengajarannya. Malang : YA3 Malang.
Yohanes, Budinuryanta.
2006. http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1127106-110028/ diakses pada
16 April 2008.
Ditulis oleh : Rudi Adi Nugroho
Sumber : Google
No comments:
Post a Comment
Teriakasih sudah memberikan komentar yang baik di blog ini.
Jangan lupa berkunjung kembali dan tinggalkan komentarnya lagi ya !!!!