perlengkapan dapur

Tuesday, June 12, 2012

Makalah OBSPAT ( Trauma pada bayi baru lahir )


MAKALAH
TRAUMA PADA BAYI BARU LAHIR
(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah OBSPAT)





Disusun oleh :
KELOMOK 4
Alysia Obituari
Anisa Eka
Arninda Adviyanti
Nurul Bayyinah
Setiane Amelina
Siti Mulyanah





PROGRAM D III KEBIDANAN
YAYASAN ADI UPAYA
POLTEKES TNI-AU CIUMBULEUIT BANDUNG 2010-2011

KATA PENGANTAR


Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya serta dengan keutamaan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. 
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Obstetri Patologi
Tak ada gading yang tak retak, begitupun dengan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun demikian, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita yang masih banyak kekurangan dalam ilmu pengetahuan.
Kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan dalam makalah selanjutnya.

                                                                                                                                                                                                                                                  

                                                 



        Bandung,  september 2011

      Penyusun   




BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
      Saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat Indonesia. Namun terlepas dari kontorversi tersebut, aborsi diindikasikan merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu.  Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia.  Namun sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis (Gunawan, 2000). Akan tetapi, kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat.
     Frekuensi terjadinya aborsi sangat sulit dihitung secara akurat, karena aborsi buatan             sangat sering terjadi tanpa dilaporkan kecuali jika terjadi komplikasi, sehingga perlu perawatan di Rumah Sakit. Akan tetapi, berdasarkan perkiraan dari BKBN, ada sekitar 2.000.000 kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Berarti ada 2.000.000 nyawa yang dibunuh setiap tahunnya secara keji tanpa banyak yang tahu.
     Di negara-negara yang tidak mengizinkan aborsi seperti Indonesia, banyak perempuan terpaksa mencari pelayanan aborsi tidak aman karena tidak tersedianya pelayanan aborsi aman atau biaya yang ditawarkan terlalu mahal.  Pada remaja perempuan kendala terbesar adalah rasa takut dan tidak tahu harus mencari konseling.  Hal ini menyebabkan penundaan remaja mencari pertolongan pelayanan aman, dan sering kali terperangkap di praktek aborsi tidak aman. Untuk itu hendaknya kita sebagai teanaga kesehatan mengetahui bagaimana penanganan aborsi dan penatalaksanaannya.
1.2 Tujuan
1. untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah obstetri patologi
2. mengetahui bagaimana penanganan aborsi dan penatalaksanaanya.
                                         BAB II
ABORTUS
2.1 Pembahasan
Definisi
 Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.
EASTMAN :Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum                       sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu              beratnya terletak antara 400-100 gram,atau usia kehamilan kurang dari 28                               minggu.
JEFFCOAT :Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28                            minggu,yaitu fetus belum viable by law.
HOLMER :Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16,dimana proses                   plasentasi belum selesai.
Ternyata MONRO melaporkan bahwa fetus dngan berat 397 gram dapat hidup terus,jadi definisi di atas tidaklah mutlak. Makin tinggi bayi BB banak baru lahir,makin besar kemungkinannya untuk hidup terus.
Faktor-faktor penyebabnya sangat banyak.pada bulan pertama dari kehamilan yang mengalami abortus,hampir selalu di dahului oleh matinya fetus.

Etiologi
            Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah faktor ovum sendiri,faktor ibu dan faktor bapak.
1.      Kelainan Ovum
Menurut HERTIG dkk pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus spontan. Menurut penyelidikan mereka,dari 1000 abortus spontan ,maka 48,9% disebabkan karena ovum yang patologis;3,2% disebabkan oleh kelainan letak embrio;dan 9,6% disebabkan karena plasenta yang abnormal.
            Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena dari ovum berkurang kemungkinannya kalay kehamilan sudah lebih dari satu bulan,artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50-80%).

2.      Kelainan genitalia ibu
Misalnya pada ibu yang menderita:
-Anomali kongenital (hipoplasia uteri,uterus bikornis,dan lain-lain)
-Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata
-Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah dibuahi,seperyi kurangnya progesteron atau estrogen,endometritis,mioma submukosa.
-Uterus terlalu cepat teregang (kehamilam ganda,mola)
-Distorsio uterus,misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.

3.      Gangguan sirkulasi plasenta
            Kita jumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis,hipertensi,toksemia gradivarum,anomali plasenta,dan endarteritis oleh karena lues.

4.      Penyakit-penyakit ibu
Misalnya pada:
-Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia,tifoid,pielitis,rubeola,demam malta. Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus
Keracunan pb,nikotin,gas racun,alkohol.
- Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis,penyakit pary berat,anemi gravis.
- Malnutrisi,avitamilosis dan gangguan metabolisme,hipotiroid,kekurangan vitamin A,C,atau E,diabetes melitus.

5.      Antagonis Rhesus
 Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.
6.      Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis;
 atau faktor serviks, yaitu inkompetensi serviks, sevisitis.
7.      Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi
 umpamanya: sangat terkejut, obat-obat uterotonika, ketakutan, laparotomi, dan lain-lain. Atau dapat juga karena trauma langsung terhadap fetus: selaput janin rusak langsung karena instrumen, benda, dan obat-obatan.
8.      Penyakit Bapak:
 umur lanjut, penyakit kronis seperti:TBC, anemi, dekompensasi kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis,keracunan (alkohol, nikotin, Pb, dan lain-lain) sinar rontegen, avitaminosis.
Frekuensi
            Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15%. Namun demikian, frekuensi seluruh keguguran yang pasti sukar ditentukan, karena abortus buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila terjadi komplikasi. Juga karena sebagian keguguran spontan hanya di sertai gejala dan tanda ringan, sehingga wanita tidak datang ke dokter atau rumah sakit.
            Menurut SIEGLER dan EASTMAN, abortus terjadi pada 10% kehamilan. RS.pirngadi Medan juga mendapati angka 10% dari angka seluruh kehamilan. Menurut EASTMAN, 80% dari abortus terjadi pada bulan ke 2-3 kehamilan, sementara SIMENS MENDAPAT ANGKA 76%
PATOLOGI      
            Pada permulaan, terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena di anggap benda asing, maka uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi di keluarkan seluruhnya, karena vili korealis belum menembus desidua terlalu dalam sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu, telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal karena itu akan banyak tejadi pendarahan.
KLASIFIKASI        
Abortus dapat di bagi atas 2 golongan:
1.      Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak di dahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata di sebabkan oleh faktor2b alamiah.
2.      Abortus provakatus( induced abortion)
Adalah abortus yang di sengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi menjadi 2
a.       Abortus medicinalis( abortus therapeutica)
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu( berdasarkan indikasi medis).
Biasanya perlu mendapat persetujuan 2-3 tim dokter ahli.
b.      Abortus kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
            Klinis abortus spontan
            Dapat di bagi atas:
1.      Abortus kompeletus (keguguran lengkap)
Artinya hasil konsepsi di keluarkan ( desidua dan fetus), sehingga rongga rahim kosong.
Terapi: hanya dengan uterotonika
2.      Abortus inkompletus ( keguguran bersisa)
Hanya sebagian hail konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desiadua dan placenta.
Gejala :            Didapati antara lain amenora, sakit perut, dan mulas-mulas; perdarahan    yang bisa sedikit atau banyak, dan biasanya berupa stosel ( darah beku); sudah ada keluar fetus atau jaringan; pada abortus sudah lama terjadi  atau pada abortus provokatus yang dilakukan pada orang yang tidak ahli,sring terjadi infeksi. Pada pemeriksaan dalam (V.T) untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks terbuka,kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri,serta uterus yang berukuran lebih kecil dari seharusnya.
Terapi :            Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan transfusi darah. Kemudian Keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuratase. Setelah itu beri obat-obat uterotonika dan antibiotika.
Pemeriksaan fisik
a.       Pemeriksaan umum: suhu badan normal, kecuali ada infeksi penyerta. Nadi, tekanan darah dan pernapasan normal, kecuali abortus terinfeksi atau hipovolenia akibat pendaran berlebihan.
b.      Pemeriksaan abdomen : abdomen biasanya lunak dan tidak nyeri tekan.
c.       Pemeriksaan pelvis: pada pemeriksaan spekulum, sering vagina mengandung banyak bekuan darah dan serviks tanpak mendatar dan dilatasi. Jaringan plasenta dapat terlihat di oesteum uteri atau vagina.
Pada pemeriksaan vagina, serviks lunak, dilatasi dan mendatar. Jaringan plasenta atau bekuan darah atau keduanya dapat teraba. Uerus membesar dan lunak. Daerah adneksa normal.
Diagnosis ditegakkan dengan dilihatnya jaringan plasenta atau janin.

3.      Abortus Insipiens (Keguguran sedang berlangsung):
Adalah abortus yang sedang berlagsung,dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba kehamilan tidak dapat tipertahankan lagi.
Terapi :seperti abortus inkompletus.
Pemerisaan fisik:
a.       Pemeriksaan umum: suhu, nadi, tekanan darah dan pernapasan biasanya normal.
b.      Pemeriksaan abdomen: abdomen lunak dan tidak nyeri tekan. Uterus dapat teraba per abdomen, tergantung pada umur kehamilan.
c.       Pemeriksaan pelvis: pada pemeriksaan spekulum, sering serviks mendatar dan berdilatasi selaput amnion dapat terlihat menonjol melalui serviks atau dapat robek,  dengan cairan amnion ada di dalam vagina.
Pemeriksaan di manual menunjukan uterus membesar dan lunak; besar nya kuramg lebih sama dengan lamanya aminore, adneksa normal.

4.      Abortus Iminens (Keguguran membakat):
Keguguran membakat dan akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan antispasmodika serta istirahat.
Kalau perdarahn setelah beberapa minggu masih ada,maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut negatif,maka sebaiknya uterus dikosongkan (kuret).
Pemeriksaan fisik:
a.       Pemeriksaan umum: normal.
b.      Pemeriksaan abdomen: normal (lunak tidak nyeri tekan)
c.       Pemeriksaan pelvis: pada pemeriksaan spekulum, biasanya hnya ada sedikit darah atau sekret kecoklatan di dalam vagina. Ostium uteri tertutup.
Pada pemeriksaan di manual, uterus membesar, lunak dan tidak nyeri tekan. Besar uterus sesuai dengan riwayat haid, serviks tertutup, tidak mendatar dan mempunyai konsistensi hamil normal


5.      Missed Abortion
Adalah keadaan dimana janin sudah mati,tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
Fetus yang tertinggal ini (a) bisa keluar demgan sendirinya dalam 2- bulan sesudah fetus mati;(b) bisa diresobrsi jembali hilang;(c) bisa sering dan menipis yang disebut fetus papyraceus;atau (d) bisa terjadi molakarnosa,dimana fetus yang sudah mati 1 minggu akan mengalami degenerasi dan air ketubanya diresorsi.
Gejala:       Dijumpai amenorea;perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada   permulaanya,serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi,malahan tambah rendah. Kalau tadinya ada gejala-gejala kehamilan belakang menghilang, diiringi dengan reaksi kehamilan yang menjadi negatif pada 2-3 minggu sesudah fetus mati. Pada  pemeriksaan dalam serviks tertutup dan ada darah sedikit. Sekali-kali pasien merasa perutnya dingin atau kosong.
Terapi:       berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretase. Dapat juga dilakukan histeretomia anterior. Hendaknya pada penderita juga di berikan tonika dan antibiotika.
Komplikasi:bisa timbul hipo atau afribrinogenemia. Fetus yang sudah mati begitu melekatnya pada rahim sehingga sulit sekali untuk dilakukan kuretase.
Pemeriksaan fisik:
a.       Pemeriksaan umum:  biasanya gambarannya benare-benar normal. Jarang ekimosis kulit dapat terlihat, yang menggambarkan kemungkinan gangguan koagulasi penyerta.
b.      Pemeriksaan abdomen: utreus dapat diraba atau mungkin juga tidak pada pemeriksaan abdomen. Bila teraba, maka besar uterus lebih kecil dari perkiraan menurut hari pertama siklus haid normal terakhir. Bunyi jantung tidak terdengar
c.       Pemeriksaan pelvis: ostium utri menutup. Meskipun biasanya uterus terasa membesar dan melunak, namun ukurannya lebih kecil dari yang diperkirakan menurut lama kehamilan yg diperkirakan.

6.      Abortus habitualis  ( keguguran berulang)
Adalah keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3kali atau lebih.
Menurut HERTIG bortus spontan terjadi dalam 10% dari kehamilan dan abortus habitualis 3,6-9,8% dari abortus spontan.
Kalau seorang penderita telah mengalami 2 kali abortus berturut-turut, maka optimisme untuk kehamilan berikutnya berjalan normal sekitar 63%.
Kalau abortus 3 kali berturut-turut, maka kemungkinan ke 4 berjalan normal hanya sekitar 16%.
Etiologi:    (1) kelainan dari ovum atau sermatozoa,dimana kalau terjadi pembuahan  hasilnya adalah pembuahan yang patologis.
                  (2) kesalahan-kesalahan pada ibu, yaitu disfungsi tiroid, kesalahan korpus lutheum, kesalahan placenta, yaitu tidak sanggupnya placenta menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atropis. Ini dapat di buktikan dengan mengukur kadar pregnandiol dalam urin. Selain itu juga bergantung pada keadaan gizi ibu (malnutrisi), kelainan antomis dari rahim, febris undulands ( contagious abortion), hipertensi oleh karena kelainan pembuluh darah sirkulasi pada plasenta/villi terganggu dan fetus jadi mati. Dapat juga gangguan psikis, serviks inkompeten, atau rhesus antagonisme.
Pemeriksaan:   (1) histerosalfigografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan anomali kongenital.
                   (2) BMR dan kadar jodium darah dukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan glandula thyroidea.
                  (3) psiko analisis.
Terapi :      pengobatam pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi dari pada sesudahnya. Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan. Pada serviks inkompenten terapinya adalah operatif: SHIRODKAR atau MC DONALD (cervical cerclage)

7.      Abortus infeksiosus dan Abortus septik
Abortus infeksiosus adalah keguguran yang disertai infeksi genital. Aboortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksin nya kedalam peredaran darah atau peritoneum.
Hal ini sering ditemukan pada abortus inkompletus, atau abrtus buatan, terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan syarat-syarat asepsis dan antisepsis. Bahkan pada keadaan tertentu dapat terjadi perforasi rahim.
Diagnosis:  (a) adanya abortus: amenore, perdarahan, jaringan yang telah ditolong diluar rumah sakit
(b) pemeriksaan : kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, pendarahan, dan sebagainya.
(c) tanda-tanda infeksi alat genital: demam, nadi cepat, pendarahan, berbau, uterus besar dan lembek, nyeri tekan, lekositosis
(d) pada abortus septik : kelihatan sakit berat, panas tinggi, menggigil, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun sampai syok. Perlu diobservasi apakah ada tanda perforasi atau akut abdomen.
Terapi :      (1) bila pendarah banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup
(2) berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan dan uji kepekaan obat):
- berikan suntikan penisilin 1juta satuan tiap 6 jam
- berikan suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam
-atau antibiotika spektrum luas lainnya
(3) 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika- atau lebih cepat bila terjadi pendarah yang bnyak; lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi
(4) infus dan pemberian antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan penderitaan
(5) pada abortus septik terapi sama saja, hanya dosis dan jenis antibiotika ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan dan uji kepekaan kuman.
(6) tindakan operatif , melihat jenis komplikasi dan banyaknya pendarahan; dilakukan bila keadaan umum membaik dan panas mereda.
            Pemeriksaan fisik:
a.       Pemeriksaan umum: biasanya pasien demam, dengan suhu diatas 102 derajat F. Suhu normal atau subnormal disertai dengan hipotensi dan takikardia menggambarkan syok endotoksik. Hipotensi dan takikardia, dapat juga disebabkan oleh pendarahan intra peritronium sekunder dari perforase uterus atau laserasi atau keduanya.
b.      Pemeriksaan abdomen: nyeri tekan suprapubik merupakan penemuan yang khas, nyeri tekan abdomen generalisata dengan nyeri lepas, quarding/defance muscular, rigiditas, atau distensi menunjukan adanya keterlibatan peritoneum.
c.       Pemeriksaan pelvis: pada pemeriksaan spekulum, hasil konsepsi atau skret berdarah, purulen dapat terlihat dalam vagina. Serviks dapat berdilatasi, dengan skret berbau busuk yang dikeluarkan dari ostium eksternum. Fragmen jaringan plasenta dalam kanalis servikalis atau vagina dikeluarkan dengan forsep cincin dan dikirim kelaboratorium untuk pemeriksaan bakteriologi dan patologi.
Pada pemeriksaan bimanual, biasanya uterus membesar dan nyeri tekan. Gerakan serviks teraasa sangat nyeri. Sering ostium internum berdilatasi dan dapat dilalui satu jari. Nyeri tekan diligamentum latum merupakan bukti parametritis dan selulitis selvis. Masa adneksa dapat berupa abses atau hematoma.

Komplikasi Abortus
1.      Pendarahan (hemorrhage)
2.      Perforasi; sering terjadi seqwaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli seperti bisdan dan dukun
3.      Infeksi dan tetanus
4.      Payah ginjal akut
5.      Syok, pada abortus sdapat disebabkan oleh;
a.       Pendarahan yang banyak disebut syok hemoragi, dan
b.      Infeksi berat atau sepsis disebut syok septik atau endoseptik

















BAB III
                                                            PENUTUP
3.1  Kesimpulan

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum                               sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu                  beratnya terletak antara 400-100 gram,atau usia kehamilan kurang dari 28                         minggu.
Abortus dibagi menjadi 2:
1.      Abortus spontan
2.      Abortus provakatus( induced abortion)
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus:
1.      Kelainan Ovum
2.      Kelainan genitalia ibu
3.       Gangguan sirkulasi plasenta
4.      Penyakit-penyakit ibu
5.      Antagonis Rhesus
6.      Terlalu cepatnya korpus luteum  menjadi atrofis;
7.      Perangsangan  pada ibu  yang  menyebabkan uterus berkontraksi
8.      Penyakit Bapak:

3.2Saran
Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun kami harapkan supaya menjadi lebih baik lagi dan semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca.


DAFTAR PUSTAKA
cunningham, F. Gary, M.D.: obstetri williams E/21. jakarta,EGC ,2005.
Muchtar Rustam : Sinopsis Obstetri E/2.jakarta,EGC, 1998
Taber Ben-zion, M.D: Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta, ECG, 1994.








No comments:

Post a Comment

Teriakasih sudah memberikan komentar yang baik di blog ini.
Jangan lupa berkunjung kembali dan tinggalkan komentarnya lagi ya !!!!