MAKALAH
TRAUMA
PADA BAYI BARU LAHIR
(Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah OBSPAT)
Disusun
oleh :
KELOMOK
4
Alysia
Obituari
Anisa
Eka
Arninda
Adviyanti
Nurul
Bayyinah
Setiane
Amelina
Siti
Mulyanah
PROGRAM D III KEBIDANAN
YAYASAN ADI UPAYA
POLTEKES TNI-AU CIUMBULEUIT BANDUNG 2010-2011
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya serta dengan keutamaan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Adapun
tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Obstetri Patologi
Tak ada
gading yang tak retak, begitupun dengan makalah ini kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun demikian, kami mengharapkan semoga
makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita yang masih banyak kekurangan dalam
ilmu pengetahuan.
Kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi
perbaikan dalam makalah selanjutnya.
Bandung,
september 2011
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Saat ini aborsi masih
merupakan masalah kontroversial di masyarakat Indonesia. Namun terlepas dari kontorversi
tersebut, aborsi diindikasikan merupakan masalah kesehatan masyarakat karena
memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui
penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan
eklampsia. Namun sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu,
hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis (Gunawan,
2000). Akan tetapi, kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak
muncul dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau
sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah
kontroversial di masyarakat.
Frekuensi terjadinya aborsi
sangat sulit dihitung secara akurat, karena aborsi buatan sangat sering terjadi tanpa
dilaporkan kecuali jika terjadi komplikasi, sehingga perlu perawatan di Rumah
Sakit. Akan tetapi, berdasarkan perkiraan dari BKBN, ada sekitar 2.000.000
kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Berarti ada 2.000.000
nyawa yang dibunuh setiap tahunnya secara keji tanpa banyak yang tahu.
Di negara-negara yang tidak
mengizinkan aborsi seperti Indonesia, banyak perempuan terpaksa mencari
pelayanan aborsi tidak aman karena tidak tersedianya pelayanan aborsi
aman atau biaya yang ditawarkan terlalu mahal. Pada remaja perempuan
kendala terbesar adalah rasa takut dan tidak tahu harus mencari
konseling. Hal ini menyebabkan penundaan remaja mencari pertolongan
pelayanan aman, dan sering kali terperangkap di praktek aborsi tidak aman.
Untuk itu hendaknya kita sebagai teanaga kesehatan mengetahui bagaimana
penanganan aborsi dan penatalaksanaannya.
1.2 Tujuan
1. untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah obstetri patologi
2. mengetahui bagaimana penanganan aborsi dan penatalaksanaanya.
BAB II
ABORTUS
2.1
Pembahasan
Definisi
Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.
EASTMAN :Abortus adalah
keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum
sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400-100
gram,atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu.
JEFFCOAT :Abortus adalah
pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu,yaitu fetus belum viable by law.
HOLMER :Abortus adalah
terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16,dimana proses plasentasi belum selesai.
Ternyata
MONRO melaporkan bahwa fetus dngan berat 397 gram dapat hidup terus,jadi definisi
di atas tidaklah mutlak. Makin tinggi bayi BB banak baru lahir,makin besar
kemungkinannya untuk hidup terus.
Faktor-faktor
penyebabnya sangat banyak.pada bulan pertama dari kehamilan yang mengalami
abortus,hampir selalu di dahului oleh matinya fetus.
Etiologi
Faktor-faktor
yang menyebabkan kematian fetus adalah faktor ovum sendiri,faktor ibu dan
faktor bapak.
1.
Kelainan
Ovum
Menurut
HERTIG dkk pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus spontan.
Menurut penyelidikan mereka,dari 1000 abortus spontan ,maka 48,9% disebabkan
karena ovum yang patologis;3,2% disebabkan oleh kelainan letak embrio;dan 9,6%
disebabkan karena plasenta yang abnormal.
Pada ovum abnormal 6% diantaranya
terdapat degenerasi hidatid vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena
dari ovum berkurang kemungkinannya kalay kehamilan sudah lebih dari satu
bulan,artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar
kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50-80%).
2.
Kelainan
genitalia ibu
Misalnya
pada ibu yang menderita:
-Anomali
kongenital (hipoplasia uteri,uterus bikornis,dan lain-lain)
-Kelainan
letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata
-Tidak
sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah
dibuahi,seperyi kurangnya progesteron atau estrogen,endometritis,mioma
submukosa.
-Uterus
terlalu cepat teregang (kehamilam ganda,mola)
-Distorsio
uterus,misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.
3.
Gangguan
sirkulasi plasenta
Kita jumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis,hipertensi,toksemia
gradivarum,anomali plasenta,dan endarteritis oleh karena lues.
4.
Penyakit-penyakit
ibu
Misalnya
pada:
-Penyakit
infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti
pneumonia,tifoid,pielitis,rubeola,demam malta. Kematian fetus dapat disebabkan
karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus
Keracunan
pb,nikotin,gas racun,alkohol.
-
Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis,penyakit pary berat,anemi
gravis.
-
Malnutrisi,avitamilosis dan gangguan metabolisme,hipotiroid,kekurangan vitamin
A,C,atau E,diabetes melitus.
5.
Antagonis
Rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui
plasenta merusak darah fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat
meninggalnya fetus.
6.
Terlalu
cepatnya korpus luteum menjadi atrofis;
atau faktor serviks, yaitu inkompetensi
serviks, sevisitis.
7.
Perangsangan
pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi
umpamanya:
sangat terkejut, obat-obat uterotonika, ketakutan, laparotomi, dan lain-lain.
Atau dapat juga karena trauma langsung terhadap fetus: selaput janin rusak
langsung karena instrumen, benda, dan obat-obatan.
8.
Penyakit
Bapak:
umur
lanjut, penyakit kronis seperti:TBC, anemi, dekompensasi kordis, malnutrisi,
nefritis, sifilis,keracunan (alkohol, nikotin, Pb, dan lain-lain) sinar
rontegen, avitaminosis.
Frekuensi
Diperkirakan frekuensi keguguran
spontan berkisar antara 10-15%. Namun demikian, frekuensi seluruh keguguran
yang pasti sukar ditentukan, karena abortus buatan banyak yang tidak
dilaporkan, kecuali bila terjadi komplikasi. Juga karena sebagian keguguran
spontan hanya di sertai gejala dan tanda ringan, sehingga wanita tidak datang
ke dokter atau rumah sakit.
Menurut SIEGLER dan EASTMAN, abortus
terjadi pada 10% kehamilan. RS.pirngadi Medan juga mendapati angka 10% dari
angka seluruh kehamilan. Menurut EASTMAN, 80% dari abortus terjadi pada bulan
ke 2-3 kehamilan, sementara SIMENS MENDAPAT ANGKA 76%
PATOLOGI
Pada permulaan, terjadi perdarahan
dalam desidua basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian
sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena di anggap benda asing,
maka uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan di bawah 8
minggu, hasil konsepsi di keluarkan seluruhnya, karena vili korealis belum
menembus desidua terlalu dalam sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu, telah
masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal
karena itu akan banyak tejadi pendarahan.
KLASIFIKASI
Abortus dapat di
bagi atas 2 golongan:
1. Abortus
spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak
di dahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata di sebabkan
oleh faktor2b alamiah.
2. Abortus
provakatus( induced abortion)
Adalah abortus yang di sengaja, baik
dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi menjadi 2
a. Abortus
medicinalis( abortus therapeutica)
Adalah abortus karena tindakan kita
sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu(
berdasarkan indikasi medis).
Biasanya perlu mendapat persetujuan 2-3
tim dokter ahli.
b. Abortus
kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena
tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
Klinis
abortus spontan
Dapat di bagi atas:
1.
Abortus
kompeletus (keguguran lengkap)
Artinya hasil konsepsi di keluarkan (
desidua dan fetus), sehingga rongga rahim kosong.
Terapi: hanya dengan uterotonika
2.
Abortus
inkompletus ( keguguran bersisa)
Hanya sebagian hail konsepsi yang
dikeluarkan, yang tertinggal adalah desiadua dan placenta.
Gejala
: Didapati antara lain amenora,
sakit perut, dan mulas-mulas; perdarahan
yang bisa sedikit atau banyak, dan biasanya berupa stosel ( darah beku);
sudah ada keluar fetus atau jaringan; pada abortus sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus yang dilakukan
pada orang yang tidak ahli,sring terjadi infeksi. Pada pemeriksaan dalam (V.T)
untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks terbuka,kadang-kadang dapat
diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri,serta
uterus yang berukuran lebih kecil dari seharusnya.
Terapi
: Bila ada tanda-tanda syok
maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan transfusi darah. Kemudian Keluarkan
jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuratase. Setelah itu beri
obat-obat uterotonika dan antibiotika.
Pemeriksaan
fisik
a. Pemeriksaan
umum: suhu badan normal, kecuali ada infeksi penyerta. Nadi, tekanan darah dan
pernapasan normal, kecuali abortus terinfeksi atau hipovolenia akibat pendaran
berlebihan.
b. Pemeriksaan
abdomen : abdomen biasanya lunak dan tidak nyeri tekan.
c. Pemeriksaan
pelvis: pada pemeriksaan spekulum, sering vagina mengandung banyak bekuan darah
dan serviks tanpak mendatar dan dilatasi. Jaringan plasenta dapat terlihat di
oesteum uteri atau vagina.
Pada pemeriksaan vagina, serviks lunak,
dilatasi dan mendatar. Jaringan plasenta atau bekuan darah atau keduanya dapat
teraba. Uerus membesar dan lunak. Daerah adneksa normal.
Diagnosis ditegakkan dengan dilihatnya
jaringan plasenta atau janin.
3. Abortus Insipiens
(Keguguran sedang berlangsung):
Adalah abortus yang sedang
berlagsung,dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba kehamilan tidak
dapat tipertahankan lagi.
Terapi :seperti abortus inkompletus.
Pemerisaan fisik:
a. Pemeriksaan
umum: suhu, nadi, tekanan darah dan pernapasan biasanya normal.
b. Pemeriksaan
abdomen: abdomen lunak dan tidak nyeri tekan. Uterus dapat teraba per abdomen,
tergantung pada umur kehamilan.
c. Pemeriksaan
pelvis: pada pemeriksaan spekulum, sering serviks mendatar dan berdilatasi
selaput amnion dapat terlihat menonjol melalui serviks atau dapat robek, dengan cairan amnion ada di dalam vagina.
Pemeriksaan di manual menunjukan uterus
membesar dan lunak; besar nya kuramg lebih sama dengan lamanya aminore, adneksa
normal.
4. Abortus Iminens
(Keguguran membakat):
Keguguran membakat dan akan terjadi.
Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat
hormonal dan antispasmodika serta istirahat.
Kalau perdarahn setelah beberapa minggu
masih ada,maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau
reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut negatif,maka sebaiknya uterus
dikosongkan (kuret).
Pemeriksaan fisik:
a. Pemeriksaan
umum: normal.
b. Pemeriksaan
abdomen: normal (lunak tidak nyeri tekan)
c. Pemeriksaan
pelvis: pada pemeriksaan spekulum, biasanya hnya ada sedikit darah atau sekret
kecoklatan di dalam vagina. Ostium uteri tertutup.
Pada pemeriksaan di manual, uterus
membesar, lunak dan tidak nyeri tekan. Besar uterus sesuai dengan riwayat haid,
serviks tertutup, tidak mendatar dan mempunyai konsistensi hamil normal
5.
Missed
Abortion
Adalah keadaan dimana janin sudah
mati,tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau
lebih.
Fetus yang tertinggal ini (a) bisa
keluar demgan sendirinya dalam 2- bulan sesudah fetus mati;(b) bisa diresobrsi
jembali hilang;(c) bisa sering dan menipis yang disebut fetus papyraceus;atau
(d) bisa terjadi molakarnosa,dimana fetus yang sudah mati 1 minggu akan
mengalami degenerasi dan air ketubanya diresorsi.
Gejala: Dijumpai amenorea;perdarahan
sedikit-sedikit yang berulang pada permulaanya,serta selama observasi fundus
tidak bertambah tinggi,malahan tambah rendah. Kalau tadinya ada gejala-gejala kehamilan
belakang menghilang, diiringi dengan reaksi kehamilan yang menjadi negatif pada
2-3 minggu sesudah fetus mati. Pada
pemeriksaan dalam serviks tertutup dan ada darah sedikit. Sekali-kali
pasien merasa perutnya dingin atau kosong.
Terapi: berikan obat dengan maksud agar terjadi
his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan
dilatasi dan kuretase. Dapat juga dilakukan histeretomia anterior. Hendaknya
pada penderita juga di berikan tonika dan antibiotika.
Komplikasi:bisa
timbul hipo atau afribrinogenemia. Fetus yang sudah mati begitu melekatnya pada
rahim sehingga sulit sekali untuk dilakukan kuretase.
Pemeriksaan
fisik:
a. Pemeriksaan
umum: biasanya gambarannya benare-benar
normal. Jarang ekimosis kulit dapat terlihat, yang menggambarkan kemungkinan
gangguan koagulasi penyerta.
b. Pemeriksaan
abdomen: utreus dapat diraba atau mungkin juga tidak pada pemeriksaan abdomen.
Bila teraba, maka besar uterus lebih kecil dari perkiraan menurut hari pertama
siklus haid normal terakhir. Bunyi jantung tidak terdengar
c. Pemeriksaan
pelvis: ostium utri menutup. Meskipun biasanya uterus terasa membesar dan
melunak, namun ukurannya lebih kecil dari yang diperkirakan menurut lama
kehamilan yg diperkirakan.
6.
Abortus
habitualis ( keguguran berulang)
Adalah keadaan dimana penderita
mengalami keguguran berturut-turut 3kali atau lebih.
Menurut HERTIG bortus spontan terjadi
dalam 10% dari kehamilan dan abortus habitualis 3,6-9,8% dari abortus spontan.
Kalau seorang penderita telah mengalami
2 kali abortus berturut-turut, maka optimisme untuk kehamilan berikutnya
berjalan normal sekitar 63%.
Kalau abortus 3 kali berturut-turut,
maka kemungkinan ke 4 berjalan normal hanya sekitar 16%.
Etiologi: (1) kelainan dari ovum atau sermatozoa,dimana
kalau terjadi pembuahan hasilnya adalah
pembuahan yang patologis.
(2) kesalahan-kesalahan pada ibu, yaitu disfungsi
tiroid, kesalahan korpus lutheum, kesalahan placenta, yaitu tidak sanggupnya
placenta menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atropis. Ini dapat di
buktikan dengan mengukur kadar pregnandiol dalam urin. Selain itu juga
bergantung pada keadaan gizi ibu (malnutrisi), kelainan antomis dari rahim,
febris undulands ( contagious abortion), hipertensi oleh karena kelainan
pembuluh darah sirkulasi pada plasenta/villi terganggu dan fetus jadi mati.
Dapat juga gangguan psikis, serviks inkompeten, atau rhesus antagonisme.
Pemeriksaan: (1) histerosalfigografi, untuk mengetahui
ada tidaknya mioma uterus submukosa dan anomali kongenital.
(2) BMR dan
kadar jodium darah dukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan
glandula thyroidea.
(3) psiko analisis.
Terapi : pengobatam pada kelainan endometrium pada
abortus habitualis lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi
dari pada sesudahnya. Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau
dihentikan. Pada serviks inkompenten terapinya adalah operatif: SHIRODKAR atau
MC DONALD (cervical cerclage)
7.
Abortus
infeksiosus dan Abortus septik
Abortus infeksiosus adalah keguguran
yang disertai infeksi genital. Aboortus septik adalah keguguran disertai
infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksin nya kedalam peredaran darah
atau peritoneum.
Hal ini sering ditemukan pada abortus
inkompletus, atau abrtus buatan, terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan
syarat-syarat asepsis dan antisepsis. Bahkan pada keadaan tertentu dapat
terjadi perforasi rahim.
Diagnosis: (a) adanya abortus: amenore, perdarahan,
jaringan yang telah ditolong diluar rumah sakit
(b) pemeriksaan : kanalis servikalis
terbuka, teraba jaringan, pendarahan, dan sebagainya.
(c) tanda-tanda infeksi alat genital:
demam, nadi cepat, pendarahan, berbau, uterus besar dan lembek, nyeri tekan,
lekositosis
(d) pada abortus septik : kelihatan
sakit berat, panas tinggi, menggigil, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun
sampai syok. Perlu diobservasi apakah ada tanda perforasi atau akut abdomen.
Terapi : (1) bila pendarah banyak, berikan
transfusi darah dan cairan yang cukup
(2) berikan antibiotika yang cukup dan
tepat (buat pemeriksaan pembiakan dan uji kepekaan obat):
- berikan suntikan
penisilin 1juta satuan tiap 6 jam
- berikan suntikan
streptomisin 500 mg setiap 12 jam
-atau antibiotika
spektrum luas lainnya
(3) 24 sampai 48 jam setelah dilindungi
dengan antibiotika- atau lebih cepat bila terjadi pendarah yang bnyak; lakukan
dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi
(4) infus dan pemberian antibiotika
diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan penderitaan
(5) pada abortus septik terapi sama
saja, hanya dosis dan jenis antibiotika ditinggikan dan dipilih jenis yang
tepat sesuai dengan hasil pembiakan dan uji kepekaan kuman.
(6) tindakan operatif , melihat jenis
komplikasi dan banyaknya pendarahan; dilakukan bila keadaan umum membaik dan
panas mereda.
Pemeriksaan fisik:
a. Pemeriksaan
umum: biasanya pasien demam, dengan suhu diatas 102 derajat F. Suhu normal atau
subnormal disertai dengan hipotensi dan takikardia menggambarkan syok
endotoksik. Hipotensi dan takikardia, dapat juga disebabkan oleh pendarahan
intra peritronium sekunder dari perforase uterus atau laserasi atau keduanya.
b. Pemeriksaan
abdomen: nyeri tekan suprapubik merupakan penemuan yang khas, nyeri tekan
abdomen generalisata dengan nyeri lepas, quarding/defance muscular, rigiditas,
atau distensi menunjukan adanya keterlibatan peritoneum.
c. Pemeriksaan
pelvis: pada pemeriksaan spekulum, hasil konsepsi atau skret berdarah, purulen
dapat terlihat dalam vagina. Serviks dapat berdilatasi, dengan skret berbau
busuk yang dikeluarkan dari ostium eksternum. Fragmen jaringan plasenta dalam
kanalis servikalis atau vagina dikeluarkan dengan forsep cincin dan dikirim
kelaboratorium untuk pemeriksaan bakteriologi dan patologi.
Pada pemeriksaan bimanual, biasanya
uterus membesar dan nyeri tekan. Gerakan serviks teraasa sangat nyeri. Sering
ostium internum berdilatasi dan dapat dilalui satu jari. Nyeri tekan
diligamentum latum merupakan bukti parametritis dan selulitis selvis. Masa
adneksa dapat berupa abses atau hematoma.
Komplikasi
Abortus
1.
Pendarahan (hemorrhage)
2. Perforasi;
sering terjadi seqwaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga yang
tidak ahli seperti bisdan dan dukun
3. Infeksi
dan tetanus
4. Payah
ginjal akut
5. Syok,
pada abortus sdapat disebabkan oleh;
a. Pendarahan
yang banyak disebut syok hemoragi, dan
b. Infeksi
berat atau sepsis disebut syok septik atau endoseptik
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Abortus
adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.
Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus.
Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400-100
gram,atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu.
Abortus
dibagi menjadi 2:
1. Abortus
spontan
2. Abortus
provakatus( induced abortion)
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian
fetus:
1.
Kelainan Ovum
2.
Kelainan genitalia ibu
3.
Gangguan sirkulasi plasenta
4.
Penyakit-penyakit ibu
5.
Antagonis Rhesus
6.
Terlalu cepatnya korpus
luteum menjadi atrofis;
7.
Perangsangan pada ibu yang menyebabkan
uterus berkontraksi
8.
Penyakit Bapak:
3.2Saran
Kami menyadari makalah
ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun kami
harapkan supaya menjadi lebih baik lagi dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
cunningham, F. Gary, M.D.: obstetri williams E/21. jakarta,EGC ,2005.
Muchtar Rustam : Sinopsis Obstetri E/2.jakarta,EGC, 1998
Taber Ben-zion, M.D: Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta, ECG,
1994.
No comments:
Post a Comment
Teriakasih sudah memberikan komentar yang baik di blog ini.
Jangan lupa berkunjung kembali dan tinggalkan komentarnya lagi ya !!!!