PRE-EKLAMPSIA
Ditujukan
untuk Memenuhi Tugas Makalah Obstetri Patologi
Disususn
oleh :
Evi
Hartati
Sopy
Nurwulan
Sri
Devi Suryanti
Syafri
Gusnita
Viatika
Cahya Eka P.Y
Kelas : IIB Kebidananan
POLITEKNIK KESEHATAN TNI AU
CIUMBULEUIT
2011
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah
SWT, atas segala kebesaran dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Judul makalah
ini “PRE-EKLAMPSIA”.
Dalam
penyusunan tugas makalah ini, berbagai hambatan telah penyusun alami. Oleh
karena itu, terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan
penulis semata-mata. Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak
yang terkait.
Saya
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang tidak bisa di sebutkan
satu-persatu.
Dalam
penyusunan makalah ini, penyusun menyadari pengetahuan dan pengalaman penyusun
masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran dari berbagai pihak agar makalah ini lebih baik dan bermanfaat
pada masa yang akan datang.
Akhirnya
mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penyusun maupun bagi pembaca
sekalian.
Bandung, September 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ………………………………………………………………........ i
Daftar
Isi ………………………………………………………………………........ ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang …………………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan
Masalah …………………………………………………………... 1
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………... 2
BAB
II PEMBAHASAN
- DEFINISI …………………………………………………………………... 3
- ETIOLOGI …………………………………………………………………... 4
- GEJALA
KLINIK ………………………………………………………….. 4
- PATOGENESIS ………………………………………………………….. 5
- DIAGNOSIS ………………………………………………………………….. 8
- PEMERIKSAAN
FISIK ………………………………………………….. 9
- TERAPI
AWAL ………………………………………………………….. 11
BAB
III PENUTUP
1.4 Kesimpulan ………………………………………………………………….. 16
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Istilah
toksemia gravidarum dewasa ini tidak dianjurkan karena istilah tersebut
mencakup berbagai penyakit hipertensif dalam kehamilan dengan etiologi
berbeda-beda. Selain itu pada toksemia gravidarum tidak pernah ditemukan toksin
sebagai penyebab.
Selama kehamilan normal, resistensi
vascular perifer menurun sebagai akibat vaskulatur yang mengalami dilatasi.
Tekanan sistolik dan diastolik keduanya cenderung untuk turun pada
trimesterkedua dan kemudian kembali normal saat mendekati aterm. Jika
resistensi perifer meningkat, terjadilah hipertensi.
Sindroma dari hipertensi yang diinduksi
oleh kehamilan, proteinuria dan edema dikenal dengan salah satunya yaitu
sindrom preeklampsia.
1.2.
Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pre
eklampsia?
2. Bagaimana etiologi pre
eklampsia?
3. Apa patologi dari pre eklampsia?
4. Apa saja gejala klinik yang
terjadi pada pre eklampsia?
5. Bagaimana penegakkan diagnosa
pre eklampsia?
6. Bagaimana cara pemeriksaan fisik
pada penderita pre eklampsia?
7. Bagaimana cara menangani pre
eklampsia?
1.3.
Tujuan
Makalah ini dibuat untuk :
1. Memenuhi tugas Obstetri Patologi
2. Mengetahui definisi pre
eklampsia
3. Mengetahui etiologi pre
eklampsia
4. Mengetahui patologi pre
eklampsia
5. Mengetahui gejala klinik pre
eklampsia
6. Mengetahui diagnosa pre
eklampsia
7. Mengetahui cara pemeriksaan
fisik pre eklampsia
8. Mengetahui terapi awal pada pre
eklampsia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Pre eklampsia ialah penyakit dengan
tanda-tanda hipertensi, edema, dan protein uria yang timbul karena kehamilan.
Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester ke-3 kehamilan, tetapi dapat
terjadi sebelumnya misalnya pada molahidatidosa.
Hipertensi biasanya timbul lebih
dahulu daripada tanda-tanda lain. Untuk menegakkan diagnosis pre eklampsia,
kenaikan tekanan sisitolik harus 30 mmHg atau lebih diatas tekanan yang
biasanya ditemukan, atau mencapai 140 mmHg atau lebih. Kenaikan tekanan
diastolik sebenarnya lebih dapat dipercaya. Apabila tekanan diastolik naik
dengan 15 mmHg atau lebih, atau menjadi 90 mmHg atau lebih, maka diagnosis
hipertensi bias dibuat. Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan
jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.
Edema ialah penimbunan cairan secara
umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari
kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Edema
pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak
seberapa berarti untuk penentuan diagnosis pre eklampsia. Kenaikan berat badan
½ kg setiap minggu dalam kehamilan masih dapat dianggap normal, tetapi bila
kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan
terhadap timbulnya pre eklampsia.
Proteinuria berarti konsentrasi
protein dalam air kencing yang melebihi 0,3g/liter dalam air kencing 24 jam.
Biasanya proteinuria timbul lebih lambat daripada hipertensi dan kenaikan berat
badan, karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius.
Pre eklampsia dibagi dalam golongan
ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat bila satu atau lebih tanda atau
gejala di bawah ini ditemukan:
1. Tekanan
sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih
2. Proteinuria
5 g atau lebih dalam 24 jam, 3 atau 4 (+) pada pemeriksaan kualitatif
3. Oliguria,
air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4. Keluhan
cerebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium
5. Edema
paru-paru atau sianosis
B. ETIOLOGI
Apa
yang menjadi penyebab pre eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah
terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-sebab penyakit tersebut,
akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang
dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut:
1. Sebab
bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan
molahidatidosa
2. Sebab
bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan
3. Sebab
dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus
4. Sebab
jarang terjadinya pre eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya
5. Sebab
timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma
- GEJALA
KLINIK
Biasanya tanda-tanda pre-eklampsia
timbul dalam urutan : pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti, edema,
hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada pre-eklampsia ringan tidak ditemukan
gejala-gejala subjektif. Pada pre-eklampsia berat didapatkan sakit kepala di
daerah frontal, skotoma, diplopia penglihatan kabur, nyeri didaerah
epigasrtrum, mual atau muntah-muntah. gejala-gejala ini sering ditemukan pada
pre-eklampsia akan timbul. tekanan darah pun meningkat lebih tinggi, edema
menjadi lebih umum, dan proteinuria bertambah banyak.
Gejala dan tanda pre eklampsia berat:
1. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg
2.
Tekanan darah diastolik > 110 mmHg
3.
Peningkatan kadar enzim hati atau ikterus
4.
Trombosit ˂ 100.00/mm
5.
Oligouria ˂ 400 ml/24 jam
6.
Proteinuria > 3 g/liter
7.
Nyeri epigastrum
8.
Skotoma dan gangguan virus lain atau nyeri frontal yang berat
9.
Perdarahan retina
10.
Edema pulmonum
11.
Koma
D. PATOGENESIS
Pre eklampsia ringan jarang sekali
menyebabkan kematian ibu. Oleh karena itu, sebagian besar pemeriksaan
anatomi-patologik berasal dari penderita eklampsia yang meninggal. Beberapa
perubahan anatomi-patologik pada organ-organ, yaitu:
1. Placenta
Pada pre eklampsia terdapat spasmus arteriola spiralis desidua
dengan akibat menurunnya aliran darah ke placenta. Perubahan placenta normal
sebagai akibat tuanya kehamilan, seperti menebalnya dinding pembuluh darah,
konversi mesoderm menjadi jaringan fibrotic, dipercepat prosesnya pada pre
eklampsia dan hipertensi. Pada pre eklampsia yang jelas ialah atrofi sinistrum.
2. Ginjal
Penyelidikan biopsy pada ginjal oleh Altchek, dkk (1968)
menunjukan pada pre eklampsia bahwa kelainan berupa:
a. Kelainan
glomerulus
Glomerulus tampak sedikit membengkak dengan
perubahan-perubahan sebagai berikut:
·
Sel-sel diantara kepiler bertambah
·
Bertambahnya matriks mesangeal
·
Sel-sel kapiler membengkak dan lumen
menyempit atau tidak ada
·
Penimbunan zat protein dalam kapsul
bowman
b. Hyperplasia
sel-sel jukstaglomeruler
Sel-sel jukstaglomeruler tampak membesar dan bertamabah
dengan pembengkakan sitoplasma sel dan bervakuolisasi.
c. Kelainan
pada tubulus-tubulus henle
Tampak jelas fragmen inti sel terpecah-pecah.
d. Spasmus
pembuluh darah ke glomerulus
Perubahan-perubahan tersebutlah tampaknya yang
menyebabkan proteinuria dan mungkin sekali ada hubungannya dengan retensi garam
dan air. Sesudah persalinan berakhir, sebagian besar perubahan diatas
menghilang, hanya kadang-kadang ditemukan sisa-sisa penambahan matriks
mesangial.
3. Hati
Pada permukaan dan pembelahan tampak tempat-tempat perdarahan
yang tidak teratur.
4. Otak
Pada penyakit yang belum lanjut hanya ditemukan edema dan
anemia pada korteks serebri, pada keadaan lanjut dapat ditemukan perdarahan.
5. Paru-paru
Kadang-kadang ditemukan abses paru-paru.
6. Jantung
Pada sebagian besar penderita yang mati karena eklampsia
jantung biasanya mengalami perubahan degenerative pada miokardium.
7. Kelenjar
Adrenal
Kelenjar adrenal dapat menunujukan kelainan berupa perdarahan
dalam berbagai tingkat.
Beberapa
perubahan-perubahan fisiologi patologik, yaitu:
1. Perubahan
pada placenta dan uterus
Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan
fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak lama pertumbuhan janin terganggu,
pada hipertensi yang lebih pendek bias terjadi gawat-janin sampai kematiannya
karena kekurangan oksigenisasi.
Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering
didapatkan pada pre eklampsia sehingga mudah terjadi partus prematurus.
2. Perubahan
pada ginjal
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke
dalam ginjal menuurn, sehingga
menyebabkan filtrasi glomerulus mengurang. Kelainan pada ginjal yang penting
ialah dalam hubungan proteinuria dan mungkin sekali juga dengan retensi garam
dan air.
3. Perubahan
pada paru-paru
Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita pre
eklampsia yang biasanya disebabkan karena dekompensasio kordis kiri.
4. Metabolisme
air dan elektrolit
Jumlah air dan natrium dalam badan lebih banyak pada penderita
pre eklampsia daripada pada wnaita hamil biasa atau penderita dengan hipertensi
menahun. Penderita pre eklmapsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna air
dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun,
sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah.
Kadar kreatinin dan ureum pada pre eklampsia tidak meningkat,
kecuali bila terjadi oliguria atau anuria.
- DIAGNOSIS
Diagnosis dini harus diutamakan bila
diinginkan angka morbiditas dan moralitas rendah bagi ibu dan anaknya. Walaupun
terjadinya pre-eklampsia sukar dicegah, namun pre-eklampsia biasanya dapat
dihindarkan dengan mengenal secara dini penyakit itu dengan penanganan secara
sempurna.
Pada umumnya diagnosis pre-eklampsia
berat di dasarkan atas adanya 2 dari trias tanda utama: hipertensi, edema, dan
proteinuria. Hal ini memang berguna untuk kepentingan statistic, tetapi dapat merugikan penderita karena tiap tanda
dapat merupakan bahaya kendatipun ditemukan tersendiri . Adanya suatu tanda
harus menimbulkan kewaspadaan, apa lagi oleh Karena cepat tidaknya penyakit
meningkat tidak dapat diramalkan; dan ibila eklampsia terjadi, maka prognosis
bagi ibu maupun janin menjadi jauh lebih buruk. Tiap kasus pre-eklampsia oleh
sebab itu harus ditangani dan sungguh-sungguh.
Diagnosis diferensial antara
pre-eklampsia dengan hipertensi menahun atau penyakit ginjal tidak jarang
menimbulkan kesukaran. Pada hipertensi menahun adanya tekanan darah yang
meninggi sebelum hamil, pada kehamian muda, atau 6 bulan postpartum akan sangat
berguna untuk membuat diagnosis. Pemeriksaan fundoskopi juga berguna karena
perdarahan dan eksudat jarang ditemukan pada pre-eklampsia; kelainan tersebut
biasanya menunjukkan hipertensi menahun. Untuk diagnosis penyakit ginjal saat
timbulnya proteinuria proteinuria banyak menolong; proteinuria pada
pre-eklampsia jarang timbul sebelum triwulan ke-3 sedaang pada penyakit ginjal
timbul lebih dahulu. Test fungsi ginjal jjuga banyak berguna; pada umumnya
fungsi ginjal normal pada pre-eklampsia ringan.
F. PEMERIKSAAN
FISIK
1. Pemeriksaan
Umum
Tekanan darah meningkat.
Edema menunjukan retensi cairan.
Edema yang dependen merupakan kejadian yang normal selama kehamilan lanjut.
Edema pada muka dan tangan tampaknya lebih menunjukan retensi cairan yang
patologik.
Kenaikan berat badan: kenaikan berat
badan yang cepat merupakan suatu petunjuk dari retensi cairan ekstravaskular.
Pemeriksaan retina: spasme
arteriolar dan kilauan retina dapat terlihat.
Pemeriksaan toraks: karena edema
paru merupakan satu dari komplikasi serius dari preeklamsi berat, paru-paru
harus diperiksa secara teliti.
Refleks Tendon Profunda (lutut dan
kaki): hiperefleksia dan klonus merupakan petunjuk dari peni gkatan
iritabilitas susunan saraf pusat dan mungkin meramalkan suatu kejang eklampsia.
2. Pemeriksaan
Abdomen
Rasa sakit daerah hepar merupakan
suatu tanda potensial yang tidak menyenangkan dari preeklamsia berat dan dapat
meramalkan ruptur dari hepar.
Pemeriksaan uterus penting untuk
menilai umur kehamilan, adanya kontraksi uterus dan presentasi janin.
3. Pemeriksaan
pelvis
Keadaan serviks dan stasi dari
bagian terbawah merupakan pertimbangan yang penting dalam merencanakan kelahiran per vaginam atau per abdominam.
G. Terapi
Awal
1. Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur
dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini pre eklampsia, dan dalam hal itu
harus dilakukan penanganan semestuinya. Walaupun timbulnya pre eklampsia tidak
dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian
penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil.
Penerangan tentang manfaat istirahat
dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di
tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih
banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein, dan rendah lemak, karbohidrat,
garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan.
2. Penanganan
Tujuan utama penanganan ialah:
a. Mencegah
terjadinya pre eklampsia berat dan ringan
b. Melahirkan
janin hidup
c. Melahirkan
janin dengan trauma sekecil-kecilnya
Pada
dasarnya penanganan pre eklampsia terdiri atas pengobatan medic dan penanganan
obstetrik. Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang
optimal, yaitu sebelum janin mati dalam kandungan, akan tetapi sudah cukup
matur untuk hidup di luar uterus.
Pengobatan
pre eklampsia yang tepat ialah pengakhiran kehamilan karena tindakan tersebut
menghilangkan sebabnya dan mencegah terjadinya eklmampsia dengan bayi yang
masih premature penundaan pengakhiran kehamilan mungkin dapat menyebabkan
eklampsia atau kematian janin.
Pada
janin dengan berat badan rendah pun kemungkinan hidup pada pre eklampsia berat
lebih baik di luar daripada di dalam uterus. Cara pengakhiran dapat dilakukan
dengan induksi persalinan atau seksio sesaria menurut keadaan. Pada umumnya
indikasi untuk mengakhiri kehamilan adalah:
a. Pre
eklampsia ringan dengan kehamilan lebih dari cukup bulan
b. Pre
eklampsia dengan hipertensi dan atau proteinuria menetap selama 10-14 hari dan
janin sudah cukup matur
c. Pre
eklampsia berat
3. Penanganan
pre eklampsia ringan
Istirahat di tempat tidur masih
merupakan terapi utama untuk penanganan pre eklampsia. Istirahat dengan
berbaring pada sisi tubuh menyebabkan pengaliran darah ke plasenta meningkat,
aliran darah ke ginjal juga lebih banyak, tekanan vena pada ekstremitas bawah
turun dan resorbsi cairan dari daerah tersebut bertambah. Selain itu, juga
mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar. OLeh sebab itu, dengan
istirahat biasanya tekanan darah turun dan edema berkurang.
Pada umumnya pemberian diuretika dan
antihipertensi pada pre eklampsia ringan tidak dianjurkan karena obat-obat
tersebut tidak menghentikan proses penyakit dan juga tidak memperbaiki
prognosis janin. Selain itu, pemakaian obat-obat tersebut dapat menutupi tanda
dan gejala pre eklampsia berat.
Beberapa kasus pre eklampsia ringan
tidak membaik dengan penanganan konservatif. Tekanan darah meningkat, retensi
cairan dan proteinurea bertambah, walaupun penderita istirahat dengan
pengobatan medik. Dalam hal ini pengakhiran kehamilan dilakukan walaupun janin
masih premature.
4. Penanganan
pre eklampsia berat
Pada penderita yang masuk rumah
sakit sudah dengan tanda-tanda pre eklmapsia berat segera harus diberi sedative
yang kuat untuk mencegah timbulnya kejang-kejang. Apabila sudah 12-24 jsm
bahaya akut dapat diatasi, dapat difikirkan cara yang terbaik untuk
menghentikan kehamilan. Tindakan ini perlu untuk mencegah seterusnya bahaya
eklampsia.
Obat
anti hipertensi yang dapat digunakan pada pre eklampsia.
Jenis
obat Dosis
1. Penghambat
adrenergic (adrenolitik)
1.1 Adrenolitik
sentral
-
Metildopa 3x125
mg/hari
sampai
3x500 mg/hari
-
Klonidin 3x0,1
mg/hari atau
0,30
mg/500 ml glukosa 5%/6
jam
1.2 Beta-bloker
-
Pindolol 1x5
mg/hari
sampai
3x10 mg/hari
1.3 Alfa-bloker
-
Prazosin 3x1
mg/hari
sampai
3x5 mg/hari
1.4 Alfa
dan beta-bloker
-
Labetalol 3x100
mg/hari
2. Vasodilator
-
Hidralazin 4x25
mg/hari atau
Parenteral
2,5 mg-5 mg
3. Antagonis
kalsium
-Nifedipin 3x10
mg/hari
5. Penanggulangan
pre eklampsia dalam persalinan
Rangsang untuk menimbulkan kejangan
dapat berasal dari luar atau dari penderita sendiri, dan his persalinan
merupakan rangsang yang kuat. Maka dari itu, pre eklampsia berat lebih mudah
menjadi eklampsia pada waktu persalinan.
Tidak boleh dilupakan bahwa
kadang-kadang hipertensi timbul untuk pertama kali dalam persalinan dan dapat
menjadi eklampsia, walaupun dalam pemeriksaan antenatal tidak ditemukan
tanda-tanda pre eklampsia. Dengan
demikian pada persalinan normal pun tekanan darah perlu diperiksa
berulang-ulang dan air kencing perlu diperiksa terhadap protein.
Untuk penderita pre eklampsia
diperlukan analgetika dan sedative lebih banyak dalam persalinan. Pada kala II,
pada penderita dengan hipertensi, bahaya perdarahan dalam otak lebih besar,
sehingga apabila syarat-syarat telah dipenuhi, hendaknya persalinan diakhiri
dengan cunam atau ekstraktor vakum dnegan memberikan narkosis umum untuk
menghindarkan rangsangan pada susunan saraf pusat.
Telah diketahui bahwa pada pre
eklampsia janin diancam bahaya hipoksia, dan pada persalinan bahaya ini makin
besar. Pada gawat janin, dalam kala I dilakukan segera seksio sesaria, pada
kala II dilakukan ekstraksi dengan
cunam atau ekstraktor vakum. Postpartum bayi sering menunjukkan tanda asfiksia
neonatorum karena hipoksia intrauterine, pengaruh obat penenang, atau narkosis
umum, sehingga diperlukan resusitasi.
BAB
III
PENUTUP
1.4.
Kesimpulan
Preeklampsia merupakan salah satu masalah
kesehatan yang dialami oleh ibu hamil namun hal ini dapat dicegah dan diobati
dengan istirahat yang cukup terutama perlunya deteksi dini pada awal kehamilan.
Preeklampsia membahayakan ibu dan
janinnya karena akan menyebabkan persalinan prematur, kematian janin, gagal
jantung, dll. Pada preeklampsia berat dapat menyebabkan eklampsia.
DAFTAR
PUSTAKA
[Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal].
2006. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Taber, Ben-Zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan
Ginekologo. Jakarta: EGC
No comments:
Post a Comment
Teriakasih sudah memberikan komentar yang baik di blog ini.
Jangan lupa berkunjung kembali dan tinggalkan komentarnya lagi ya !!!!