Kata anestesi berasal dari bahasa
yunani yang berarti keadaan tanpa rasa sakit. Anestesiologi adalah cabang ilmu
kedokteran yang mendasari berbagai tindakan yang meliputi pemeberian anestesi
ataupun analgesi, pengawasan keselamatan pasien dioperasi atau tindakan
lainnya, bantuan hidup (resusitasi), perawatan intensif pasien gawat,
pemeberian terapi inhalasi, dan penanggulangannya nyeri menahun.
Anestesi dibagi menjadi 2 kelompok yaitu Anestesi Lokal dan Anestesi Umum. Pada anestesi lokal hilagnya rasa sakit tanpa disertai hilangnya kesadaran, sedangkan pada anestesi umum hilangnya rasa sakit disertai hilang kesadaran.
Anestesi dibagi menjadi 2 kelompok yaitu Anestesi Lokal dan Anestesi Umum. Pada anestesi lokal hilagnya rasa sakit tanpa disertai hilangnya kesadaran, sedangkan pada anestesi umum hilangnya rasa sakit disertai hilang kesadaran.
Eter ([CH3CH2]2O)
adalah salah satu zat yang banyak digunakan sebagai anestesi dalam dunia
kedokteran hingga saat ini. Eter ditemukan seorang ahli kimia berkebangsaan Spanyol, Raymundus Lullius pada
tahun 1275. Lullius
menamai eter "sweet vitriol". Eter pertama kali disintesis Valerius Cordus, ilmuwan
dari Jerman pada
tahun 1640. Kemudian
seorang ilmuwan bernama W.G. Frobenius mengubah
nama "sweet vitriol" menjadi eter pada tahun 1730. Sebelum penemuan
eter, Priestly menemukan gas nitrogen-oksida pada
tahun 1777, dan
berselang dua tahun dari temuannya itu, Davy menjelaskan kegunaan gas nitrogen-oksida dalam
menghilangkan rasa sakit.
Sebelum tahun 1844, gas eter maupun nitrogen-oksida banyak
digunakan untuk pesta mabuk-mabukan. Mereka menamai zat tersebut "gas tertawa",
karena efek dari menghirup gas ini membuat orang tertawa dan lupa segalanya.
Penggunaan eter atau gas
nitrogen-oksida sebagai penghilang sakit dalam dunia kedokteran sebenarnya
sudah dimulai Horace Wells sejak tahun 1844. Sebagai dokter gigi,
ia bereksperimen dengan nitrogen-oksida sebagai penghilang rasa sakit kepada
pasiennya saat dicabut giginya.
Sayangnya usahanya mempertontonkan di depan mahasiswa kedokteran John C. Warren di Rumah Sakit
Umum Massachusetts,
Boston gagal,
bahkan mendapat cemoohan. Usahanya diteruskan William Thomas Green Morton.
Morton adalah sesama dokter gigi
yang sempat buka praktik bersama Horace Wells pada tahun 1842. Ia lahir di Charlton, Massachusetts,
Amerika
Serikat pada tanggal 9 Agustus 1819. Pada usia 17 tahun, ia sudah merantau ke Boston untuk
berwirausaha. Beberapa tahun kemudian mengambil kuliah kedokteran
gigi di Baltimore
College of Dental Surgery. Morton meneruskan kuliah di Harvard pada
tahun 1844 untuk
memperoleh gelar dokter.
Namun karena kesulitan biaya, tidak ia teruskan. Pada tahun yang sama, ia
menikah dengan Elizabeth Whitman dan
kembali membuka praktik giginya. Ia berkonsentrasi dalam membuat dan memasang
gigi palsu serta cabut gigi. Suatu pekerjaan yang membutuhkan cara
menghilangkan rasa sakit.
Morton berpikir untuk menggunakan
gas nitrogen-oksida dalam praktiknya sebagaimana yang dilakukan Wells. Kemudian
ia meminta gas nitrogen-oksida kepada Charles Jackson, seorang
ahli kimia ternama di sekolah kedokteran
Harvard. Namun Jackson justru menyarankan eter sebagai pengganti gas
nitrogen-oksida.
Morton menemukan efek bius eter
lebih kuat dibanding gas nitrogen-oksida. Bahkan pada tahun 1846 Morton
mendemonstrasikan penggunaan eter dalam pembedahan di rumah sakit umum
Massachusetts. Saat pasien dokter Warren telah siap, Morton mengeluarkan gas
eter (atau disebutnya gas letheon) yang telah
dikemas dalam suatu kantong gas yang dipasang suatu alat seperti masker. Sesaat pasien yang mengidap
tumor tersebut
hilang kesadaran dan tertidur. Dokter Warren dengan sigap mengoperasi tumor dan
mengeluarkannya dari leher pasien hingga operasi selesai tanpa hambatan
berarti.
Tanggal 16 Oktober 1846 menjadi hari
bersejarah bagi dunia kedokteran. Demonstrasi Morton
berhasil dengan baik dan memicu penggunaan eter sebagai anestesi secara
besar-besaran. Revolusi pembedahan dimulai dan eter sebagai anestesi dipakai
hingga saat ini. Ia bukanlah yang pertama kali menggunakan anestesia, namun
berkat usahanyalah anestesia diakui dunia kedokteran. Wajar jika Morton masuk
dalam 100 orang paling berpengaruh dalam sejarah dunia dalam buku yang ditulis William H. Hart beberapa
tahun yang lalu.
Di balik kesuksesan zat anestesi
dalam membius pasien, para penemu dan penggagas zat anestesi telah terbius
ketamakan mereka untuk memiliki dan mendapatkan penghasilan dari paten anestesi yang
telah digunakan seluruh dokter di seluruh bagian dunia.
Terjadilah perseteruan di antara
Morton, Wells, dan Jackson. Masing-masing mengklaim zat anestesi adalah hasil
penemuannya. Di tempat berbeda, seorang dokter bernama Crawford W. Long telah
menggunakan eter sebagai zat anestesi sejak tahun 1842, empat tahun
sebelum Morton memublikasikan ke masyarakat luas. Ia telah menggunakan eter di
setiap operasi bedahnya. Sayang, ia tidak memublikasikannya, hanya
mempraktikkan untuk pasien-pasiennya. Sementara ketiga dokter dan ilmuwan yang
awalnya adalah tiga sahabat itu mulai besar kepala, dokter Long tetap
menjalankan profesinya sebagai dokter spesialis bedah.
Wells, Morton, dan Jackson
menghabiskan hidupnya demi pengakuan dari dunia bahwa zat anestesi merupakan
hasil temuannya. Morton selama dua puluh tahun menghabiskan waktu dan uangnya
untuk mempromosikan hasil temuannya. Ia mengalami masalah meskipun ia telah
mendaftarkan hak
patennya di lembaga paten Amerika
Serikat (U.S. Patent No. 4848, November 12, 1846). Ketika tahun 1847 dunia kedokteran
mengetahui, zat yang digunakan adalah eter yang telah digunakan sejak abad 16, Morton
tidak memiliki dasar hukum yang kuat untuk mendapat keuntungan dari patennya.
Jackson juga mengklaim, dirinya juga berhak atas penemuan tersebut.
Ketika Akademi Kedokteran
Prancis menganugerahkan penghargaan Monthyon
yang bernilai 5.000 frank
di tahun 1846,
Morton menolak untuk membaginya dengan Jackson. Ia mengklaim, penemuan tersebut
adalah miliknya pribadi. Sementara itu, Wells mencoba eksperimen dengan zat
lain (kloroform)
sebagai bahan anestesi.
Selama bertahun-tahun Morton
menghabiskan waktu dan materi untuk mengklaim patennya. Ia mulai stres dan tidak
memedulikan lagi klinik giginya. Morton
meninggal tanggal 15 Juli 1868 di usia 49 tahun di Rumah Sakit St. Luke's,
New York.
Begitu juga dengan Jackson yang meninggal dalam keadaan gila dan Wells yang
meninggal secara mengenaskan dengan cara bunuh diri
Sumber : wikipedia
No comments:
Post a Comment
Teriakasih sudah memberikan komentar yang baik di blog ini.
Jangan lupa berkunjung kembali dan tinggalkan komentarnya lagi ya !!!!